3A - 59

8.8K 1.3K 131
                                    

Chapter ini tidak jelas⛔

Mohon maaf kalau alur cerita tidak sesuai yang kalian inginkan, karena ini cerita ciki HUAHAHAHAHA






***









Evin berlari di penjuru koridor rumah sakit, menyenggol beberapa suster yang sedang berjalan. Laki-laki itu tampak pucat setelah mendengar Aura akan melahirkan, Evin akan segera menjadi ayah.

"Azka"

"Cepat masuk, Aura ada di dalam"

Evin langsung masuk kedalam ruang UGD tempat Aura berada.

Azka menggendong Theo yang sedang tidur, bayi itu tertidur setelah merasa kenyang setelah Azka menyuapinya beberapa menit yang lalu.

Di dalam ruangan, Aura berusaha mengatur pernapasan seperti yang dokter bilang.

"Tahan Nyonya, jangan berteriak" Ucap dokter dengan nada lembut.

"Sakit bngst!" Oh tidak, Aura yang terlihat polos itu kini mengeluarkan kata-kata kotor yang wanita itu simpan di dalam hati sejak lama.

Evin yang mendengar itu tidak bisa berkata-kata, berusaha mengenggam tangan Aura yang sayangnya langsung Aura lepas dan wanita itu menjambak rambut Evin, menyalurkan rasa sakitnya ke jambakan rambut yang menyakitkan pada Evin.

Evin pasrah.

Beberapa menit kemudian, suara tangis bayi terdengar. Aura mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal. Sedangkan Evin langsung mengintip bayinya.

"Yes laki-laki!"

Evin bersorak senang, anaknya adalah seorang putra tampan yang akan menjadi pewarisnya. Anak perempuan akan menyusul beberapa tahun lagi, Evin sudah merencakannya.

Evin beralih menatap Aura, mengecup seluruh wajah istrinya yang penuh keringat dengan penuh kasih sayang.

Evin mengerjap, menatap Aura yang memejamkan mata. Laki-laki itu kembali panik.

"Aura?" Evin memanggil Aura dan mengguncang tubuh wanita itu.

"Diam ih! Aura capek!"

Evin langsung menutup bibir anteng.










***







2 bulan setelah kelahiran anak dari Evin dan Aura.

Kini gantian Arka yang panik. Pasalnya istrinya akan melahirkan, tapi Tasya tampak tenang, sesekali meringis karena rasa mulas di perutnya.

"Apasih kok panik? Tasya aja gak panik kok" Ucap Tasya sambil mengunyah pisang yang dokter berikan untuknya, untuk memperlancar proses persalinan nanti.

Arka tidak menjawab, laki-laki itu menggigit kuku jarinya dan kedua kakinya menghentak di lantai tidak bisa diam.

"Berapa lama lagi?" Tanya Arka kepada dokter.

"Masih pembukaan 7, tidak lama lagi Tuan"

Arka mengangguk, menatap Tasya yang berganti memakan yoghurt sesekali meringis merasakan sakit. Arka kembali panik, pokoknya Arka panik. Dia takut terjadi sesuatu kepada Tasya karena wanita itu hamil kembar.

"Pembukaan 9, Nyonya bisa berhenti makan"

Salah satu suster mengambil yoghurt yang belum Tasya habiskan, wanita itu tampak sedikit tidak rela. Tapi Tasya kini berfokus kepada rasa sakit yang kian meningkat di perutnya, begitu juga dengan pinggangnya yang terasa dipatahkan.

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang