Spam dongs. Kurang happy hari ini :(
---
Semua murid menganga melihat Arka yang keluar dari kelas tanpa berpamitan kepada guru yang mengajar. Semua orang tahu betapa sopannya Arka terhadap orang yang lebih tua darinya.
Aura menganga dengan mata tidak berkedip, Azka disampingnya dengan jahil menyuapkan coklat kedalam mulut Aura dan masih belum dikunyah oleh gadis itu.
"Kak Arka" Gumam Aura dan berhasil menetralkan raut wajahnya.
"Mau jenguk calon princess-nya dia. Biarin aja"
"Kak Azka gak mau jenguk?"
"Gak, pulang sekolah mau kencan sama Kania"
"Gak boleh! Kak Kania bilang dia mau nemenin Aura nonton nanti. Kak Azka jangan ganggu!"
"Dih. Kania siapa? Pacar–"
"Emangnya Kak Azka udah nembak Kak Kania? Belum 'kan? Suka-suka Aura dong Kak Kania mau Aura ajak kemana!"
Azka langsung mengatupkan bibirnya dengan rapat, mulai memperhatikan guru dengan isi otak yang terus memikirkan perkataan Aura.
Benar sih, Azka belum memulai hubungan dengan Kania. Karena Azka ingin dia menjalin hubungan yang lebih serius, tidak seperti mantan kekasihnya yang dulu-entah berapa banyaknya, Azka lupa.
Dan Azka juga merasa nyaman dengan Kania, dia hanya ingin memastikan bahwa Kania adalah kandidat terbaik yang akan ia ajak ke hubungan yang serius.
"Sama cewek lain langsung main tembak"
"Tapi sama Kak Kania lama banget"
"Kalo kata Kak Brandon mah cemen"
"Cupu"
Aura kumat nyinyir. Azka diam saja dengan mengulum bibir. Menatap satu persatu murid yang berlagak tidak mendengarkan nyinyiran Aura–yang terdengar sangat jelas di dalam kelas.
"Eh, baiklah. Mari kita lanjutkan ke pertemuan selanjutnya. Saya permisi, semoga sukses" Guru laki-laki itu pamit undur diri.
"Dih, Aura mah dari zigot udah sukses"
Azka berdecak dalam hati. Aura bersikap aneh hari ini. Azka mengecek jam tangan touchscreen-nya. Kemudian mengangguk kecil. Dia tahu kenapa Aura sangat aneh hari ini.
"Perut Kamu gak sakit Ra?" Tanya Azka dengan nada hati-hati.
"Ngapain nanya kayak gitu?! Kepo banget!"
Fine!. Teriak Azka dalam hati. Dia tidak akan mau mengeluarkan kata-kata lagi.
"Kok diem? Kalau tahu adiknya lagi bulanan tuh di bujuk gituloh! Beliin teh atau coklat gitu! Malah diem aja! Gak peka banget jadi Kakak! Katanya playboy kelas atas! Masalah ginian aja gak ngerti!"
Azka tersenyum dengan paksa, pamit dari hadapan Aura untuk membelikan sesuatu agar Aura bisa tenang(jinak).
Aura menghela nafas lelah. Menatap murid laki-laki yang menatapnya tanpa kedip.
"Apa liat-liat¿!!!¿"
---
Arka khawatir, benar-benar khawatir. Dia sangat tahu kalau Tasya memiliki tubuh yang kebal dan jarang sakit. Jadi mengetahui kalau gadis itu tumbang, dia benar-benar khawatir.
Arka terus berlari mencari ruangan Tasya berada, bodyguard yang setia mengikutinya saling melirik melihat wajah panik yang Arka tujukan untuk Tasya. Biasanya Arka hanya khawatir kepada Aura.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...