"Namanya Aileen, dia salah satu model terkenal yang satu perusahaan dengan Nona Aura. Apa Kau tidak tahu?"Theo tahu, dia sangat tahu wanita itu.
Mata Aileen benar-benar mirip dengan Rebecca, warna hijau zamrud, yang juga sama dengan miliknya.
"Kau tidak ingin menghampiri?" Tanya Krystal, sebenarnya wanita itu menyadari tatapan tidak bersahabat yang dilayangkan Theo kepada Azka saat ini.
"Tidak, ayo pulang"
Krystal mengangguk setuju. Dia tahu diri dengan tidak ikut campur urusan Theo.
Tapi kenapa mereka terlihat akbrab sekali? Batin Krystal dengan bingung.
Krystal langsung menepis pikiran yang menurutnya sangat tidak pantas.
Theo membukakan pintu mobil untuk Krystal dan tangan kiri laki-laki itu melindungi kepala Krystal agar tidak terbentur pintu mobil.
Perlakuan Theo tentu saja membuat Krystal yang bersifat dingin itu kini mencair.
Dia tidak pernah berpacaran tapi perilakunya sangat berpengalaman.
Theo menyetir mobil dengan tatapan fokus ke depan. Suasana yang hening seperti sekarang terlihat sedikit canggung, tapi Krystal memaklumi karena Theo dan dirinya tidak terlalu banyak bicara. Keduanya memiliki sifat yang sama, tidak suka bertele-tele dan to the point.
"Terima kasih untuk hari ini, Kau tidak ingin mampir?" Krystal meraih tasnya yang ia taruh di kursi belakang.
Kedua mata Theo memperhatikan Krystal yang disinari cahaya remang-remang dari sinar bulan. Detik itu juga Theo menyadari kalau Krystal secantik itu.
Krystal menjentikkan jarinya di depan wajah Theo membuat laki-laki itu berjengit.
"To the point saja, Aku menyukaimu sejak 1 tahun yang lalu. Aku tahu Kau mau jalan denganku mungkin karena Nyonya Violet, jadi untuk kedepannya mohon kerja samanya. Aku akan menunggu jawabanmu saat Kau sudah mempertimbangkannya"
Sebuah kecupan lembut dari Krystal membuat Theo terkesiap.
Wanita itu keluar dari mobil Theo kemudian melambaikan tangannya dan segera masuk kedalam rumahnya yang sangat besar itu.
Theo mengerjap dengan mulut terbuka.
"Dia baru saja menyatakan cintanya? Dengan wajah se santai itu?" Theo bergumam tidak percaya.
Laki-laki itu melotot menyadari kehilangan first kiss nya di usianya yang genap 18 tahun.
"Apa dia habis makan strawberry?" Theo kembali bergumam sambil menjilat bibirnya, sedetik kemudian laki-laki itu tersenyum miring salah tingkah.
Theo mengendarai mobilnya dengan ngebut, matanya melirik sebuah mobil yang mengikutinya sejak tadi. Dia tahu siapa pemilik mobil itu.
Mobil itu bahkan ikut masuk kedalam halaman mansion dan memarkirkan mobilnya disamping mobil Theo.
Arka keluar dari mobil dengan wajah datar seperti biasa.
"Theo" Panggil Arka yang langsung Theo hampiri.
"Kenapa Paman?"
"Kau melihat Papamu tadi?"
Tanya Arka sambil menggigit bibir.
Theo tersenyum kecil.
"Paman tahu? Apa Paman mau membela Papa dan mengatakan bahwa mereka hanya seorang teman?"
"Mereka memang seorang teman" Arka langsung menyangkal. Dia tidak mau Theo salah paham dan mungkin akan membenci Azka.
"Aku tahu, tapi Aku akan menyelidiki lagi, mungkin teman yang Paman maksud memiliki arti teman yang berbeda bagi mereka berdua"
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...