Rebecca mengikuti langkah Kania yang menuntunnya menuju kamar hotel yang ia pesan, pandangan datar dari Rebecca membuat suasana terasa tegang bagi para bodyguard. Jarang, sangat jarang mereka melihat Rebecca yang pendiam dan menatap dengan pandangan datar seperti sekarang.Rebecca yang para bodyguard kenal itu adalah sosok wanita ceria yang selalu menjadi sasaran keusilan Tuan Muda mereka, dan Rebecca hanya akan membalas dengan pukulan manja ke kepala dan tubuh Azka.
"Sudah sampai, ini kamar Anda Nyonya" Ucap Kania setelah berhenti di depan kamar dengan nomor 234.
"Terima kasih" Ucap Rebecca masih di depan pintu, belum ingin bergerak.
"Kalau begitu Saya undur diri"
Kania menunduk sopan, kepada para bodyguard juga dan mereka membalas sedikit menunduk, sikap sopan sebagai petugas.
"Kania"
Wanita berusia 22 tahun itu menghentikan langkahnya saat Rebecca memanggil namanya.
"Ya Nyonya? Ada yang Anda butuhkan?"
"Bisa bicara sebentar?" Tanya Rebecca sambil mengangkat sebelah alisnya.
Kania meremas tangannya was-was, dia tidak ingin membuat masalah dengan Rebecca dan dia berharap untuk segera pergi dari hadapan Rebecca. Kania tidak ingin berlama-lama disana dan bisa saja nanti dia bertemu dengan Azka, orang yang paling ia hindari.
"Baik Nyonya"
"Kalian tunggu diluar" Ucap Rebecca yang diangguki dengan patuh oleh para bodyguard.
"Baik Nona"
Kania masuk menyusul Rebecca ke dalam kamar hotel, sedari tadi jantungnya berdegup kencang karena takut. Seingat Kania, dia tidak pernah membuat masalah dengan Rebecca. Kira-kira apa yang ingin Rebecca bicarakan dengannya?
Para bodyguard dengan setia menjaga di depan pintu kamar, mereka sudah mendapatkan izin dari pihak hotel untuk tugas khusus mereka berjaga di depan pintu kamar 234.
Rian mengecek jam tangan yang bertengger di tangan kirinya, sekitar 15 menit percakapan Rebecca dan Kania berlangsung. Tapi belum ada tanda-tanda selesainya percakapan mereka.
Rian dan para bodyguard khawatir jika Azka datang dengan tiba-tiba dan bertemu dengan Kania, mereka pasti akan menjadi pelampiasan Azka karena membiarkan Rebecca dan Kania bertemu, apalagi membicarakan sesuatu dengan sangat privasi.
5 menit kemudian, Kania keluar dari kamar Rebecca. Total waktu percakapan Rebecca dan Kania adalah 20 menit.
Rebecca berdiri di ambang pintu masih dengan pandangan datar, menatap Rian dengan tajam yang membuat Rian tersentak terkejut.
"Rahasiakan dari Azka"
"Baik Nona"
"Kalian boleh istirahat"
"Kami akan istirahat bergantian, apa Nona Muda membutuhkan sesuatu?"
"Belikan Aku anggur merah dan stroberi"
"Baik Nona"
Rebecca menutup pintu kamar, salah satu bawahan Rian pergi untuk membelikan buah yang Rebecca minta.
Rian berjaga di depan kamar dengan pikiran yang berkelana bingung. Mengingat wajah Kania yang keluar dari kamar Rebecca setelah 20 menit percakapan.
Apa yang mereka berdua bicarakan sehingga membuat wajah Nona Kania menjadi pucat pasi?
***
"Jordan, Kakak minta tolong jagain Alexa sebentar ya. Kakak ada urusan mendadak di kantor" Ucap Arka yang mondar-mandir sambil berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...