3A - 66

9.4K 1.1K 135
                                    


Arka menatap Gerald dengan sorot mata tajam. Gerald mengebrak meja makan dengan kepalan tangan kanannya. Berhasil membuat seorang Arka menatapnya sedingin es.

"Ingin memberontak?"

Gerald dan Arka saling bertatapan dengan mata tajam mereka.

Geysa langsung menarik tangan Gerald dan menggandengnya keluar.

"Kami berangkat" Ucap Geysa.

Tasya menatap kedua piring dihadapannya yang masih utuh dengan makanan, kedua anaknya bahkan belum menyentuh makanan tersebut.

Tasya menghela nafas lelah, wanita itu mendorong piring miliknya. Dia jadi tidak selera makan.

"Kak, ada apa denganmu? Kau tidak seperti dulu, sekarang Kau terlalu mengekang anak-anakmu"

Arka melahap makanannya sampai habis, mengusap sudut bibirnya dengan sapu tangan. Masih belum berminat menjawab pertanyaan Tasya.

"Saat ini mereka mungkin diam, tapi tidak ada yang tahu kedepannya nanti. Aku harap kakak segera sadar dan melonggarkan les pelajaran yang tidak mereka sukai, kalau terlalu keras mereka bisa stres"

"Tapi Aku dulu tidak stres"

Tasya berdecak dalam hati mendengar perkataan Arka setelah Lama terbungkam.

"Kak Arka, Aku tahu Kau pintar. Jangan samakan dirimu yang dulu dengan anak-anakmu yang sekarang. Mereka berdua memang anakmu, tapi mereka berbeda denganmu"

"Aku hanya, " Arka menggantungkan kalimatnya, laki-laki itu menatap meja dihadapannya dengan pandangan kosong.

"Kak, kalau ada masalah berceritalah. Aku pasti akan mendengarkan"

Tasya berdiri dan pergi meninggalkan Arka sendirian di ruang makan. Wanita itu masuk ke kamar dan menangis dalam diam. Dia merasa kasihan kepada kedua anaknya, jika dia memberontak seperti dulu, Tasya takut itu akan berimbas kepada kedua anaknya.

Arka masih duduk di kursi ruang makan sendirian, laki-laki itu beranjak dan berjalan menuju keluar rumah. Langkahnya terhenti saat melihat foto keluarga yang berisi dirinya, Tasya, Gerald dan Geysa saat masih berusia 5 tahun.

Di foto tersebut Gerald dan Geysa tersenyum lebar dengan jari tangan berbentuk sinyal peace.

Arka menatap foto tersebut dengan pandangan datar, melanjutkan langkahnya keluar rumah bersiap untuk bekerja.

"Kau tidak akan pernah tahu Tasya, " Arka menggumam pelan.

***

Theo mengecup pipi gembul Raeya sebelum gadis kecil itu turun dari mobil.

Raeya diam saja karena Theo sudah membelikannya beberapa batang coklat, Raeya akan melarang Theo menciumnya saat coklatnya nanti habis.

"Belajar yang pintar, coklatnya di hemat"

"Oke kak, Raeya sekolah dulu ya"

"Iyaaa"

"Pak supir, nanti jangan telat nyusul Raeya ya, soalnya Raeya pulang sekolah nanti mau nonton konser online BTS"

"Baik Nona Muda"

"Buset dah" Theo menggumam pelan.

Raeya menjulurkan lidah kepada Theo kemudian berlari dengan gesit menuju kelasnya berada sambil memeluk sembilan coklat batang yang Theo belikan tadi.

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang