Sui?
Uduk salahku.
---
Orang-orang berpikir menjadi anak orang kaya adalah hal yang menyenangkan, bisa mendapatkan apa saja yang mereka mau dengan jentikkan jari. Dan mereka tidak tahu dibalik kesenangan yang anak orang kaya dapat juga memiliki sisi kelam dam bahaya yang juga mereka terima dari pekerjaan orang tua mereka.
Apalagi dunia bisnis, musuh mereka bukan hanya satu. Tapi banyak sekali, belum lagi musuh yang berselimut dan berkedok berpura-pura menjadi teman. Adalah hal yang paling sulit. Bahkan gelar keluarga 'pun masih bisa mereka manfaatkan untuk menjadi musuh tersembunyi.
Seperti orang tua lainnya, Zero dan Violet merawat dan memanjakan ketiga anaknya bukan hanya dengan materi, meskipun sibuk dengan pekerjaan. Mereka juga tidak lupa memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada anak-anak mereka. Zero dan Violet tidak mau, anak-anak mereka kekurangan kasih sayang padahal mereka memiliki orang tua lengkap.
"Besok beli lagi kalau Aura emang suka dan mau koleksi"
Terlalu memanjakan? Tidak. Apa yang dilakukan Zero sudah benar. Dia bekerja banting tulang juga untuk anak dan istrinya. Apapun yang mereka minta, Zero akan berusaha memenuhi permintaannya.
"Arka memang paling pintar, menabung itu hal yang bagus. Jika Kamu memerlukan sesuatu secara mendadak, tabungan itu bisa digunakan. Bermanfaat bukan?"
Zero selalu bangga dengan putra pertamanya yang tampannya juga sama dengannya, melebihi malah.
"Azka boleh beli banyak barang, tapi jangan komik dewasa"
Zero memperbolehkan putra keduanya itu membeli barang apapun, kecuali barang tidak penting yang dapat merusak saraf otaknya dari dalam.
"Zero! Aura badannya panas!" Violet berteriak dari lantai atas, tepatnya kamar Aura berada.
Zero yang sedang membaca koran langsung membuangnya ke lantai dan berlari menuju lantai atas. Padahal pagi tadi Aura baik-baik saja.
Arka dengan sigap menghubungi dokter pribadi keluarga Casio, yang tak lain adalah Farissa. Setelah Violet paksa dengan jutaan dolar, akhirnya Farissa menyetujui untuk menjadi dokter pribadi keluarga Casio.
"Gak apa kok" Aura bergumam pelan, bibirnya tampak pucat.
"Aura tunggu sebentar ya, Tante Farissa datang lima menit lagi. Apanya yang sakit?" Zero mengecup dahi putrinya pelan. Panas, dahi Aura terasa panas.
"Pusing daddy"
Arka menggenggam tangan kanan Aura dengan erat, disampingnya Azka juga setia berada di dekat Aura.
"Selamat sore! Dokter Farissa yang cantik–"
"Cepat!!"
Farissa mengatupkan bibirnya saat Violet meliriknya dengan tajam, membuat semua orang juga diam karena terkejut. Violet sedang dalam mode mengerikan. Oke, semua orang harus berhati-hati menjaga sikap mereka. Farissa segera memeriksa putri kesayangan keluarga Casio itu yang menatapnya kasihan karena dibentak oleh Violet.
"Tidak apa, Tante sudah biasa dengan bentakan itu. Jadi Aura, buka mulutnya" Farissa tersenyum kecil. Aura membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Farissa mengangguk paham.
"Gejala tipus. Aura mau sirup atau obat tablet?"
Aura berdecak kecil, minum obat adalah hal yang menyusahkan. Dia malas menelan obat yang terasa pahit itu. Mengganggu lidahnya yang biasanya selalu merasakan manis saat memakan coklat. Gadis itu menelan ludah, Aura mau coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Roman pour AdolescentsArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...