Assalamualaikum
Ciki yang cantik kambek yuhuu
Absen pake emot ungu dulu💜
Typo tandain
HAPPY READING
***
Arka menghela nafas, laki-laki itu menoleh ke kiri. Menatap prihatin adik kembarnya yang mabuk karena putus cinta. Laki-laki itu juga berdecak dan bertepuk tangan untuk Kania karena berhasil membuat seorang Azka Goldvin Casio patah hati untuk kedua kalinya.
Dengan sekuat tenaga Arka merangkul Azka dan membantunya berjalan. Pintu mansion dibuka lebar oleh para pelayan.
Arka mendudukkan Azka di sofa ruang keluarga. Zero dan Violet menatap datar kedua putranya itu.
"Bagaimana?" Tanya Violet menatap Arka, putra pertama Casio itu menggeleng kecil sebagai jawaban.
"Kalau begitu jauhkan adikmu dari Kania, masih banyak perempuan cantik diluar sana kecuali Kania. Masalah cinta itu belakangan"
Zero dan Arka saling berpandangan dengan diam, perkataan Violet terdengar sedikit egois bagi mereka berdua.
Aura yang berada di dekat tangga sambil duduk di lantai menyimak percakapan keluarganya di bawah, menggembungkan pipinya dengan kesal.
"Ini semua karena keluarga Alison! Aura gagal punya calon kakak ipar sefrekuensi!" Aura ngomel, pipinya semakin menggembung.
"Atau–" Ucapan Violet terpotong, mata tajam wanita itu menatap tepat kearah mata Arka yang tak kalah tajam.
"Tidak mommy, jangan. Itu pilihan Kania, lupakan saja. Satu-satunya yang bersalah adalah keluarga Alison. Hukum mereka saja, jika mommy melukai keluarga Kania. Azka juga akan ikut hancur, dan itu bukan pilihan tepat."
Tangan Violet mengepal, wanita itu menatap Azka yang tepar dengan malang. Dia benci, Violet benci terhadap orang-orang yang membuat orang tersayangnya sedih ataupun terluka.
Wanita itu kemudian berdiri dan melangkah keluar, yang Zero dan Arka biarkan. Mereka bisa menebak kalau Violet sedang mencari pelampiasan akan kemarahannya.
"Biarkan saja, nanti dia akan kembali kalau sudah merasa tenang" Ucap Zero yang diangguki Arka.
"Kalian bertiga, bawa Azka ke kamarnya" Perintah Zero kepada bodyguard yang baru saja masuk kedalam mansion.
Mereka bertiga mengangguk patuh, membopong Azka yang mengigau sambil menyebut nama Kania.
Arka menatap Aura yang mengerjap polos sambil memeluk boneka Chimmy.
"Belum tidur?" Aura menggeleng, rambutnya yang diikat dua bergoyang kecil.
"Mau tidur sama kak Azka"
"Gak boleh, besok aja" Aura mengerucutkan bibirnya. Hendak menangis, Arka memijit pelipisnya merasa pusing.
"Yaudah tidur sama kak Azka, kak Arka juga"
Aura kemudian mengangguk dengan semangat. Segera berlari cepat menuju kamar Azka. Arka mengerjap sesaat melihat kecepatan lari adik kecilnya itu.
"Daddy gak tidur?" Tanya Arka setelah berdiri dari duduknya.
"Gak, Daddy mau nonton bola" Zero merebahkan tubuhnya di sofa.
Arka mencibir pelan. "Bilang aja lagi nunggu mommy."
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
JugendliteraturArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...