Azka seperti mayat hidup, semua orang tidak lagi melihat aura humoris yang dimiliki laki-laki itu. Aura merindukan Azka yang humoris, yang bisa Aura lakukan saat ini hanya memeluk Azka dengan pelukan hangatnya."Kakak mau coklat gak?" Tanya Aura yang masih memeluk Azka dan mengelus punggung lebar kakaknya.
Azka menggeleng kecil, dia hanya butuh pelukan.
Diluar kamar Azka terdapat Zero, Violet, dan Arka yang saling terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Arka, menurutmu bagaimana?" Tanya Zero yang sedari tadi diam dengan wajah datarnya. Orang yang jarang marah seperti Zero akan terlihat menyeramkan sekalinya marah.
"Azka must give up Kania" Jawab Arka setelah lama terdiam.
"Why?"
"Aku bertemu dengan Kania tadi, gadis itu sangat penurut dengan orang tuanya. Jadi, demi kebaikan kedua belah pihak. Azka harus rela merelakan Kania"
Kembali hening. Violet mengurut pangkal hidungnya guna meredakan pusing yang dialaminya.
Azka melepas pelukan Aura saat mendapati getaran di ponselnya.
Kania❤️
Bisakah kita bertemu? Ada hal yang ingin Aku bicarakan.Azka menegakkan tubuh secara mendadak, membuat Aura berjingkat terkejut.
"Kenapa Kak? Kaget Akutuh" Tanya Aura dengan raut wajah polos.
Azka menoleh menatap Aura, laki-laki itu mengecup kening Aura singkat kemudian berjalan keluar kamar.
"Kakak keluar sebentar"
"Hm, jahat" Aura mengangguk kecil sambil mengunyah permen jeli.
Azka keluar kamar dan terdiam saat mendapati bau parfum Violet di area depan kamarnya. Tapi tidak ada seorang 'pun saat ini kecuali dirinya. Azka menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapapun.
Seseorang menepuk punggungnya membuat Azka terkejut.
"Mau kemana?" Tanya Arka dengan tatapan datar menyelidik.
"Keluar"
"Hati-hati" Azka mengangguk kecil.
Violet keluar dari balik gedung samping kamar Azka, diikuti oleh Zero.
Violet melirik Arka yang juga menatap Violet. Putra pertama Casio itu mengangguk paham dan segera menyusul Azka secara diam-diam.
"Princess! Time to eat!"
"Okay Mommy!"
---
Azka menghentikan mobilnya di depan rumah Kania. Laki-laki itu mendapati Kania sedang duduk di depan gerbang rumahnya sambil memijat keningnya sendiri.
Bersikap biasa saja, Azka keluar dari mobil dengan wajah datar.
Sedangkan Arka memakirkan mobilnya lumayan jauh dari tempat Azka, di kupingnya terdapat earshot yang terhubung dengan benda kecil di punggung Azka yang ia pasang tanpa disadari Azka tadi.
"Apa?" Tanya Azka to the point saat sudah di depan Kania. Gadis itu sedikit terhenyak mendapati tatapan dingin dari laki-laki dihadapannya. Tidak ada tatapan hangat yang setiap hari Azka perlihatkan.
"Aku akan bertunangan dengan Felix" Ucap Kania tidak kalah to the point.
"Aku tahu" Jawab Azka semakin membuat Kania terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...