Gerald duduk di tepi ranjangnya dengan tatapan datar. Nafasnya sedikit memburu, perasaan marah dan merasa tidak adanya keadilan membuatnya kecewa. Selalu menjadi yang kedua membuatnya jengkel.Tidakkah Theo merasa cukup puas? Selama ini dia selalu menjadi nomor satu. Nilai, peringkat, popularitas, semuanya Theo kuasai dengan mudah.
Dia bahkan mendapat peringkat 1 disaat laki-laki itu jarang belajar. Gerald belajar setiap hari, tapi kenapa? Kenapa sulit sekali bagi dirinya untuk mengalahkan Theo.
Gerald tersadar dari lamunannya saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya.
"Gerald, boleh Mama masuk?"
"Silahkan"
Tasya membuka pintu dan masuk kedalam kamar putranya, bau harum citrus yang segar menjadi ciri khas kamar Gerald.
Tasya duduk di ujung ranjang, tanpa disuruh Gerald merebahkan badannya dan menjadikan paha Tasya sebagai bantal. Tasya mengelus rambut Gerald dengan lembut, putra sulungnya sudah lama tidak bersikap manja kepadanya.
"Gerald sedih?" Tanya Tasya dengan nada lembut.
Gerald tampak diam cukup lama, Tasya masih setia menunggu putranya berbicara.
"Sebenarnya tidak sesedih itu, Gerald hanya merasa tidak adil. Theo mendapatkan semua yang dia mau, grandma langsung mengabulkannya"
Tasya mengangguk kecil, tangannya yang mengelus rambut Gerald berhenti dan beralih mencubit pipi Gerald dengan gemas.
"Apa Kamu tahu surat wasiat yang dibuat grandma Fira untuk Theo?"
"Aku tahu"
"Surat itu dibuat sejak Papamu masih kecil, kamu tahu apa artinya?"
Gerald menggeleng pelan.
"Itu artinya Theo sudah ditakdirkan menjadi pemilik perusahaan saat itu juga,"
"Kenapa begitu?"
Tasya tersenyum kecil.
"Mama tidak yakin, tapi sepertinya grandma Fira menggunakan metode awal dan akhir"
"Apa itu?"
"Pemimpin bisa dipilih jika dia adalah keturunan pertama atau terakhir. Kau tahu kalau grandma Violet adalah anak terakhir di antara grandpa Ace dan grandma Zee?"
"Aku tahu"
"Grandma Fira membuat surat wasiat bahwa cicit yang pertama lahir yang akan menjadi penerus perusahaan, itu artinya Theo yang terpilih. Kau paham?"
"Gerald paham"
"Kalau begitu, jangan sedih. Menjadi CEO juga sesuatu yang istimewa, seperti Papamu saat ini. Gerald harus bisa menjadi seperti Papa"
"Tidak, Gerald memilih untuk belajar perusahaan bersama grandpa Ace"
Tasya tertawa renyah, sepertinya Gerald masih belum bisa akrab dengan papanya sendiri.
"Sudah malam, waktunya tidur"
"Baik Mama, selamat malam"
"Selamat malam juga"
Gerald mengantar Tasya keluar dari kamarnya, dengan senyuman tampan yang Gerald miliki.
Setelah Tasya lenyap dari balik pintu, senyuman Gerald juga lenyap dan berganti dengan wajah datarnya.
***
Azka menyesap kopi hitamnya sambil membaca sesuatu melalui layar ponselnya. Sedangkan Kania sedang memasak untuk sarapan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...