Kania menatap kepergian sepasang suami istri dengan wajah datar, berbanding terbalik dengan isi perasaannya saat ini.Jika ditanya bagaimana perasaan Kania sekarang, rasanya sakit. Sakit melihat orang yang dicintainya kini mencintai orang lain.
Kania tersenyum miris, memperhatikan pantulan dirinya dari kaca. Dia jauh-jauh datang ke bandara hanya untuk melihat Azka untuk terakhir kalinya, karena Kania yakin dia tidak akan bisa melihat Azka.
Kania sudah membulatkan tekadnya untuk melupakan Azka, Kania akan terus berusaha, ya, semoga dia bisa.
Wanita itu mengusap air matanya yang terus mengalir, berusaha untuk berhenti menangis tapi ternyata tidak bisa. Kania berjalan pulang dengan air mata berderai.
Orang-orang yang melihat Kania turut prihatin meski tidak tahu masalah apa yang sedang wanita itu alami.
Kania jatuh terduduk saat dirinya tidak sengaja menabrak seseorang. Laki-laki yang Kania tabrak mengulurkan tangannya untuk Kania. Wanita yang masih duduk itu termenung sebentar, kemudian menerima uluran tangan si pria dan segera berdiri.
"Maaf, Aku tidak melihat dengan jelas tadi"
Kania mendongak menatap laki-laki yang tak kunjung menjawab permintaan maafnya. Kania berdehem pelan, hidung mancung laki-laki dihadapannya mengingatkan Kania dengan Azka.
Laki-laki itu memberikan sapu tangan kepada Kania dan segera pergi tanpa mengatakan apapun.
Kania menerima sapu tangan itu dan membaca label yang berada di pojok sapu tangan tersebut. Wanita itu mendelik saat mengatahui kalau sapu tangan yang ia pegang adalah sapu tangan mahal.
"Hei!"
Laki-laki tampan itu menoleh, sebelah alisnya terangkat yang membuatnya terlihat semakin tampan.
"Terima kasih" Ucap Kania dan dibalas anggukan kecil dari laki-laki tersebut.
Kania terus memperhatikan laki-laki tampan itu dan melihatnya masuk kedalam mobil dibantu oleh beberapa orang berbaju hitam.
Kania segera berbalik badan dan pulang, dia mengambil cuti hari ini agar teman-teman kerjanya tidak melihat wajah sembab Kania.
Dan tentang laki-laki tampan tadi, Kania akan mengembalikannya saat bertemu dengan pria tadi. Hanya untuk mengembalikan, Kania tahu kalau pria tadi sama kayanya dengan Azka. Dan Kania tidak ingin berurusan lagi dengan orang kaya, itu sangat rumit.
"Semangat Kania!" Gumam wanita itu menyemangati dirinya sendiri.
***
Arka meneguk es americano yang Tasya belikan untuknya. Jakunnya bergerak naik-turun selagi laki-laki itu meneguk es americano-nya. Tatapan mata tajamnya menatap seseorang yang sedang menekan keyboard komputer dengan begitu cepat, sesekali dia berhenti untuk menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
Arka terkekeh melihat kelakuan Tasya, dari mana Arka melihat hal tersebut? Melalui cctv yang Arka sambungkan dengan komputernya.
"Lihat pipinya" Gumam Arka sendirian kemudian tergelak kecil.
Melihat Tasya yang seperti sekarang membuat Arka ingin dengan cepat menikahi Tasya. Tapi Arka masih belum siap, dia masih harus menyiapkan hal lain. Arka masih mengumpulkan tabungan untuk menikahi anak orang, dia tidak ingin Tasya merasa kekurangan saat menikah dengannya nanti.
"Permisi Tuan Arka"
Arka berdecak dalam hati, orang itu mengganggu kegiatan Arka yang sedang memperhatikan Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Teen FictionArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...