3A - 54

9.1K 1.3K 346
                                    

"Sshhh, Azka pelan-pelan ih"

"Ini udah pelan"

"T-tapi sakit ahh"

"Suruh siapa tadi pake heels hah? Dibilangin ngeyel banget, kalo udah keseleo gini pasti sakit"

"Kok Kamu marahin Aku sih? Hiks Huaaaaa!"

"Eh eh, jangan nangis"

Azka kelimpungan, berusaha menenangkan Rebecca yang menangis dengan teriakan cemprengnya. Saat hamil besar begini emosi Rebecca selalu cepat berubah-ubah.

Lebih cepat sedih, kemudian nangis, kemudian ngebut makan, dan lain lagi sampai membuat Azka kebingungan.

"Jangan nangis ya, Aku beliin kimbab mau?"

"M-mau" Jawab Rebecca sambil tersedu-sedu.

Azka menggigit bibir menahan gemas. Dengan usia kehamilan yang masuk 9 bulan ini, tubuh Rebecca semakin berisi begitu juga dengan pipinya. Berulang kali Azka menggigit pipi Rebecca sampai memerah.

"Yaudah ayo siap-siap dulu"

Rebecca mengangguk patuh, membasuh mukanya agar terlihat lebih segar. Dia benar-benar menangis dan mengeluarkan air mata, kadang Rebecca sendiri bingung kenapa dirinya sampai menangis seperti sekarang ini.

"Udah?"

Rebecca mengangguk, menggandeng lengan Azka dan berjalan menuju lift. Azka dan Violet melarang Rebecca turun melalui tangga yang dapat membahayakan dan takutnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Azka dan Rebecca keluar dari lift dengan Azka menuntun Rebecca yang masih merasa kesakitan akibat keseleo tadi pagi.

"Kak Rebecca kenapa? Habis nangis ya?"

Aura yang datang beberapa menit lalu kini berlari menghampiri Rebecca dan menatap tajam Azka.

Evin berlari menyusul Aura karena takut istrinya terpeleset.

"Enggak kok, Kakak cuma ngidam kimbab aja"

Aura menatap Azka penuh selidik, matanya memicing menatap Azka dari atas sampai bawah.

"Yaudah, kakinya gak terlalu sakit 'kan? Ayo Aura bantu jalan"

"Jangan, Aura juga lagi hamil, jangan banyak gerak dulu"

"Nah, dengerin Kak Rebecca. Ayo Aura duduk aja ya, Evin pijitin kakinya sini"

Aura yang sedang hamil lima bulan itu tampak berpikir, kemudian mengangguk dan membiarkan Evin menuntunnya berjalan menuju sofa ruang keluarga.

"Kalian mau keluar?" Tanya Violet. Disampingnya ada Zero yang menempel kepada Violet.

"Iya, mommy mau titip sesuatu?"

"Enggak, mommy udah kenyang"

Azka mengangguk paham.

"Mama! Tasya ngidam baksow"

"Bakso?"

Tasya mengangguk dengan semangat, kedua kakinya tidak bisa diam dan menghentak dengan semangat.

"Mama buatin, duduk yang anteng"

Dari semua menantu Zero dan Violet, hanya Tasya yang berani meminta dan menyuruh Violet. Yah, bisa dibilang Tasya sedang mengandung calon pewaris utama.

Tapi Violet tidak akan membeda-bedakan cucunya saat lahir nanti, dia akan menyayangi semua cucunya dengan rasa kasih sayang yang sama adilnya.

Dibeda-bedakan itu tidak menyenangkan.

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang