3A - 49

10.3K 1.3K 78
                                    


Arka menatap layar komputernya dengan pandangan datar, suasana di ruang CEO terasa lebih mencekam karena pemilik ruangan sedang terlihat marah dengan keterdiamannya.

"Jadi masih belum ditemukan?"

"Belum Bos, tapi Kami berhasil mendapatkan informasi bahwa dia adalah anak buah dari Felix"

Arka menghela nafas lelah, menatap atap ruangannya sambil bermain dengan kursinya

"Lagi-lagi si brengsek itu"

"Kami akan segera menemukannya Bos"

"Jangan sampai Azka mendengar hal ini"

"Baik Bos"

Beberapa bawahan Arka keluar dari ruangan dengan menghela nafas lega. Terhindar dari suasana yang mencekam dan terasa gelap.

"Kak, mau coklat panas?" Tasya berdiri di ambang pintu dengan dua cangkir coklat panas.

"Kemari" Arka menyuruh Tasya mendekatinya, laki-laki itu melonggarkan dasinya dan membuka dua kancing teratas kemejanya.

Tasya menaruh kedua cangkir berisi coklat panas dengan hati-hati, tangannya gemetar sambil kedua mata bulatnya sedikit melirik kearah dada Arka yang terpampang jelas di hadapannya.

Sial, kenapa suasananya terasa panas? Batin Tasya sambil mengipasi wajahnya.

Arka terkekeh kemudian meminum coklat panas, tangan kekar Arka bergerak meraih tubuh Tasya dan memangkunya. Keduanya saling berhadapan dan itu membuat Tasya semakin gugup dan merasa gerah.

"Pundakku sakit, tolong pijatkan"

"Y-ya"

Tasya memijat pundak Arka dengan bibir bungkam. Ini bukan pertama kalinya bagi Tasya berdekatan bersama Arka dengan jarak yang tipis. Tapi rasanya tetap gugup.

"Kenapa Kau terlihat gugup?" Tanya Arka membuat Tasya sedikit terkejut, suara bass laki-laki itu benar-benar membuatnya gila.

"Kaget ih"

Arka tergelak renyah, mendekatkan tubuh mereka dan melumat bibir Tasya dengan kuat. Menyesapnya layaknya bibir Tasya adalah sebuah permen yang sangat manis.

Kriing~Kriing~

Kegiatan mereka berdua terganggu dengan bunyi ponsel Arka yang menandakan sebuah panggilan masuk.

"Bajingan siapa yang menelpon di waktu yang tidak tepat?!"

Layar ponsel menampilkan nama Azka yang membuat Arka menghela nafas sabar. Mau tidak mau Arka menerima video call dari Azka.

"Ada apa? Kau tidak tahu Aku sedang sibuk?" Tanya Arka dengan mata melotot. Tasya yang masih di pangkuannya terkekeh geli.

"Sibuk berciuman maksudmu?" Tanya Azka dengan wajah datar, layar ponsel menampilkan Azka yang sedang memakan sesuatu disuapi oleh Rebecca.

"Kau tahu itu, kenapa masih bertanya hah?"

"Santai dong, Aku menghubungimu karena Aku rindu dengan Kakak kesayanganku"

"Omong kosong macam apa itu? Aku geli mendengarnya"

Sesaat keduanya hanya saling pandang melalui layar ponsel, Azka yang sibuk mengunyah dan Arka yang sibuk menahan hasratnya untuk menerkam Tasya.

"Rian bilang terjadi sesuatu di kantor"

Cih, anak itu terlalu setia kepada Azka, Aku sudah menduganya. Batin Arka dengan wajah julid, bisa kalian bayangkan sendiri wajah Arka.

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang