3A - 16

29.7K 3K 496
                                    

---

"Aura? Masih marah ya? Maafin Evin"

Remaja laki-laki itu terus membujuk gadis yang sedari tadi menonton anime dengan pandangan datar. Wajah serta suaranya terdengar memelas. Ini salahnya, iya. Ini salah Evin sendiri, karena dia yang memiliki rencana gila itu dan menyuruh Arka dan Azka untuk tutup mulut.

Yang membuat Arka dan Azka dongkol adalah, Aura ikut mengacuhkan mereka. Membuat kedua putra Casio itu jadi memaki-maki Evin dengan kalimat sadis, terutama Arka yang memang memiliki mulut pedas.

"Ide bodoh kayak gitu udah gak jaman" Sangat menohok hati terdalam Evin.

"Aura. Maaf ya sayang. Evin janji gak bakal bentak Aura lagi." Evin berucap dengan nada serius.

Aura melirik laki-laki disampingnya itu, kedua kuping Evin memerah. Sangat merah, karena jeweran yang dilakukan Violet. Wanita itu dengan tega menjewer Evin karena laki-laki itu mencium bibir putrinya yang masih polos. Rambut Evin juga berantakan, semuanya karena Violet.

Sekarang Violet sedang dijinakkan dengan Zero di kamar. Dan didalam kamar Aura hanya ada gadis itu dengan Evin yang tidak ada lelahnya meminta maaf.

"Maaf Aura. Sebagai permintaan maaf, Kamu boleh minta apapun sama Aku. Beneran, gak boong"

Aura melirik kecil, Evin mengerjap senang saat Aura mulai menatapnya.

"Apapun?" Cicit Aura pelan, Evin mengangguk dengan semangat.

"Apapun, bilang aja. Asal Kamu maafin Evin"

Aura menaruh laptop di ranjang sebelahnya, menatap sepenuhnya kehadapan Evin. Kedua tangannya menangkup wajah Evin dengan pandangan polos.

"Y-yang tadi itu. Namanya c-ciuman 'kan?" Aura tergagap, Evin mengangguk bingung.

"Iya, ciuman pertama kita" Ucap Evin dengan pipi memerah.

"B-boleh min-nta l-l-lagi gak?"

Evin mengerjap, menatap Aura yang masih memandangnya dengan pandangan polos. Evin menatap kearah pintu yang tertutup rapat, kemudian membungkam bibir mungil Aura dengan ciuman.

DUBRAK!

"EVIIIIIN!!!!!" Violet kembali mengamuk.

---

Azka menatap seorang gadis yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lyana, gadis itu adalah orang yang menyuruh seorang pria untuk mencelakai Aura. Sekarang giliran gadis itu yang terbaring lemah. Padahal Azka pikir gadis itu akan meninggal karena peluru tepat mengenai jantungnya.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Sebuah suara imut itu mengejutkan Azka. Seorang suster dengan wajah mungil menatap Azka dengan pandangan terpana.

"Eh, tidak."

"Anda bisa masuk kedalam ruangan, tapi tidak boleh ramai"

"Tidak, Aku hanya ingin menatapnya dari luar ruangan" Suster itu mengangguk paham, berpamitan pergi dari hadapan Azka.

Azka tersenyum sinis, kemudian pergi dari tempatnya dengan langkah lebar.

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang