3A - 63

10.8K 1.4K 118
                                    

Azka mengecup seluruh wajah mungil Theo saat balita itu mulai sadar, pipi bulatnya menggembung dan tangan kecilnya mendorong wajah Azka dengan pelan.

Azka berdecak, Theo langsung duduk di ranjang rumah sakit dan menatap Kania tanpa kedip.

"Papa beli barbie ya?" Theo menatap Azka dengan wajah polos.

Azka gemas sekali dan kembali mengecup wajah Theo.

"Theo udah sehat? Dadanya gak sakit lagi?" Theo menggeleng, matanya masih menatap Kania tanpa kedip.

"Kakak cantik"

Kania berdiri dan berjalan menghampiri Theo, bagaimanapun Kania adalah Bibi Theo meskipun dia dan Rebecca berbeda ibu.

"Halo Theo, nama Kakak Kania"

Theo tidak bereaksi apapun, balita itu semakin menganga saat Kania mendekat dan mengecup pipinya dengan gemas.

"Theo pasti lapar ya? Mau makan? Kakak suapin deh"

"Theo mau, mau banget" Balita itu mengangguk, kedua tangannya mengepal dengan semangat.

Azka duduk di sofa yang tersedia, sosok laki-laki tampan yang Azka tidak ketahui namanya itu masih berada disana. Laki-laki itu bilang jika dia akan mengantarkan Kania pulang nanti.

Azka berdecih pelan mengingatnya. Dia penasaran mobil apa yang laki-laki sampingnya itu miliki, yang pasti milik Azka yang paling hebat dan tentunya mahal.

"Kau Azka bukan?"

Azka langsung menoleh dengan alis terangkat, menunjuk dirinya sendiri seakan mengatakan apakah laki-laki itu mengajaknya berbincang.

"Memangnya namamu siapa?"

Azka berdecak mendengar suara membosankan laki-laki itu, suara milik Azka lebih bass dan lebih macho.

"Aku Azka"

"Aku Kendrick, biasa dipanggil Ken"

Azka mengerjap pelan, Kendrick? Nama itu tidak asing di telinga Azka. Dia pernah mendengarnya di suatu tempat tapi dia lupa.

"Seorang pengusaha?" Tanya Azka yang diangguki Ken.

"Yaps, pengusaha batu bara"

Azka mengangguk kecil, saingannya bisa dibilang bukan lawan biasa.

Azka beralih menatap Theo yang sudah menghabiskan makanan yang disuapi oleh Kania. Balita itu mengelap bibirnya dengan tisu kemudian memegang tangan lembut Kania sebagai bantal pipinya.

Azka menghela nafas kecil, kenapa harus sifat playboy yang harus Theo turuni darinya.

"Kania beberapa kali menceritakan tentang dirimu" Ken berucap sedikit pelan, takut Kania mendengar ucapannya.

"Aku?"

"Ya, tapi dia tidak pernah menyebutkan namamu, tapi Aku tahu laki-laki yang dimaksud adalah dirimu"

"Kalian sepasang kekasih?" Azka bertanya dengan nada datar, hanya sebagai pengalihan karena dia tidak mau terlihat seperti laki-laki yang sedang cemburu.

Kendrick menghela nafas gusar, laki-laki itu menyandarkan punggungnya ke sofa sambil menatap langit-langit kamar ruang inap.

"Aku sudah melamarnya, tapi dia belum menjawab sampai saat ini"

Azka mendelik, bahkan sampai sudah dilamar?

"Sejak kapan?"

"Satu bulan yang lalu Aku melamarnya"

3ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang