Uwaw kaget
Lihat notif ternyata rame, ciki kira bakal kayak kemarin, sepi. Makanya gak ciki buka.
Maapin yak :*
Spam komen kuy!
Typo koreksi
---
"Enggak, Aura mau yang rasa coklat hitam, karamel juga" Aura menunjuk coklat berbeda rasa yang dilapisi emas yang dapat dimakan.
Arka yang pecinta coklat hitam tentu saja mau mengalah untuk Aura, dia tidak peduli lagi jika coklat itu rasa kesukaannya, yang penting Aura senang. Berbeda dengan Azka, merasa coklat karamel adalah bagiannya, dia tidak mau bertukar dengan coklat stroberi milik Aura.
Sebenarnya Azka mau saja, hanya saja dia ingin menggoda adiknya itu. Menggoda Aura sampai menangis itu hal yang menyenangkan–menurut Azka.
"Nggak boleh dong, coklat karamel punya kakak. Aura ambil yang bluberi aja"
"Enggak mau! Coklat karamel!"
Azka terkikik pelan ketika mendengar suara cempreng Aura. Adiknya mulai marah, dan Azka suka itu. Jika sampai Aura hampir menangis seperti ini, biasanya Violet akan–
"SAKIT MOMMY!!!" Teriak Azka saat kuping kirinya di jewer dengan kerad oleh Violet.
"Suka banget jahilin adiknya, mommy tahu Kamu kurang suka sama coklat karamel. Kasih Aura!"
"Enggeh kanjeng ndoro" Azka mengangguk patuh, memberikan coklat karamel kepada Aura yang langsung diterima dengan girang oleh gadis itu.
"Yaudah, kita berangkat dulu daddy, mommy"
3A mengecup pipi kanan–kiri Zero dan Violet, seperti kebiasaan mereka sejak kecil.
"Kalau uangnya habis bilang daddy, biar nanti daddy transfer"
"Punya Arka masih banyak kok dad, tenang aja" Ucap Arka, mengusap jam tangan berliannya yang sedikit kotor.
"Punya Azka hampir habis daddy, besok transfer ya?"
"Iya, daddy udah tahu kalau Kamu memang paling boros"
"Kalau Aura?" Violet menatap putri bungsunya.
"Punya Aura habis, kemarin buat beli jaket sama sepatu. Bagus banget mommy" Ucap gadis itu dengan polos.
"Oh gitu, yaudah. Daddy udah transfer" Zero mengotak-atik ponselnya. Sedetik kemudian pesan suara muncul dari ponsel Aura, gadis itu berteriak girang kemudian memeluk Zero.
"Makasih daddy!"
"Sama-sama" Ucap Zero mencubit hidung Aura.
"Simi-simi" Azka nyinyir, tidak terima dikatai boros padahal Aura–menurutnya–lebih boros.
"Gak boleh gitu, Aura 'kan perempuan. Kebutuhan dia lebih banyak dari pada Kamu. Lah Kamu sendiri, uangnya buat beli apa aja kok hampir habis?" Arka bertanya dengan tatapan menyelidik, mendekatkan tubuhnya kepada Azka.
"Oh? A-aku? Buat beli b-barang lah!"
"Barang apa? Komik dewasa?" Azka melotot. Dengan segera menendang pantat Arka.
"Barang apa Ka? Mommy kurang dengar" Violet benar-benar kurang mendengar perkataan Arka tadi.
"Bukan barang penting mom" Sergah Azka kemudian menyeret kedua kembarannya menuju mobil yang sudah siap di kendarai.
KAMU SEDANG MEMBACA
3A
Novela JuvenilArka, kakak pertama di antara mereka bertiga. Tampan, cuek, pintar, sayang Aura. Azka, kakak kedua. Tampan, jahil, fucekboy, sayang Aura. Aurora, atau sering dipanggil Aura. Si bungsu kesayangan keluarga dan kakak-kakaknya. Apapun permintaannya, s...