Setelah berpikir matang-matang, Vidra memutuskan untuk pergi ke rumah Bin dengan taksi.
Vidra di sambut oleh kedua orang tua Bin. Ibu Bin membahas keadaan Bin saat mereka pulang, dia bilang Bin tiba-tiba demam dan tidak mau di bawa ke rumah sakit.
Vidra meremas celananya.
Dia harus bertanggung jawab atas semua yang sudah dia lakukan."Tante aku-"
"Vidra!"
Deg!
Ketiganya langsung menoleh kearah tangga rumah Bin. Kedua pipi Bin merah karena dia belum sembuh dari demamnya.
"Kamu datang ?" Senyum terukir di bibir Bin.
Vidra menatap wajah Bin, dia tau Bin mencoba menutupi kejadian kemarin.
Ayah Bin menyuruh Vidra untuk menemani Bin, karena Bin sempat bicara dalam tidurnya dan memanggil nama Vidra.
Vidra mengangguk pelan.
Keduanya masuk ke kamar Bin."Istirahat lah" Vidra menuntun Bin untuk kembali berbaring di kasurnya.
Vidra menyelimuti Bin.
"Kalau keadaan mu tak kunjung membaik, lebih baik kamu ke rumah sakit"Bin mengelengkan kepalanya.
"Aku tidak mau pergi ke rumah sakit, aku baik-baik saja" jawab Bin.Vidra mengepalkan tangannya lalu merogoh sesuatu dari dalam tasnya.
Vidra menaruh sesuatu di dekat Bin."Minum ini, kemarin aku terlalu banyak keluar di dalam mu"
Bin mendorong kembali obat 'pencegah kehamilan' pada omega kearah Vidra.
"Aku tidak mau" kata Bin."Bin, jangan egois.. ini akan jadi masalah" Vidra tidak mau membuat Bin terbebani karena Bin masih muda.
"Kalau benar aku hamil, aku tidak akan membuangnya"
Vidra langsung menatap Bin.
"Kamu bicara apa ?"Bin menyentuh tangan Vidra.
"Kamu tidak mau kita punya anak ?"Vidra menepis pelan tangan Bin.
"Bin, aku benar-benar tidak mengerti.. kenapa kamu mempermainkan perasaan ku seperti ini ?"Bin langsung duduk.
"Ak-aku tidak mempermainkan perasaan mu!""Kamu melakukannya !"
Deg!
Suara Vidra cukup nyaring.Vidra menarik nafasnya pelan mencoba tenang, dia tidak mau orang di rumah Bin mendengar pembicaraan keduanya.
"Kamu menjebak ku dan memaksa aku tetap bersama mu.. tapi kamu bermain di belakang ku juga dan sekarang kamu bersikap seolah semua tidak terjadi apa-apa"
"Vidra.. "Bin mencoba menyentuh Vidra, tapi Vidra menghindar.
"Minum lah Bin dan mari lakukan operasi pemisahan.."
Deg!
Deg!
Deg!Jantung Bin berdebar kencang.
Tangannya bergetar mendengar apa yang Vidra katakan.".. aku tidak bisa bersama mu, aku benar-benar tidak mengerti mau mu apa.. aku tidak mengerti Bin"
Vidra menatap Bin.
"Maaf" setalah berkata maaf, Vidra beranjak dari kasur Bin.Bin langsung menarik baju Vidra.
"Jangan.. jangan pergi, aku tidak mau melakukannya.. ku mohon, aku minta maaf Vidra!""Bin, lepas" Vidra mencoba melepas tangan Bin.
"TIDAK MAU!! Aku tidak mau lepas dari mu!! Aku minta maaf.. aku tau aku bodoh!! Aku tau itu!! Haaa!! Jangan tinggalkan aku Vidra!!" Bin menangis memohon Vidra tetap bersamanya.
Vidra langsung memeluk Bin.
"Jangan menangis, orang tua mu di luar""Hiks.. Mm.. jangan pergi" Bin memeluk Vidra erat.
"Ugh... Bin, aku susah bernafas"
Perlahan Bin melonggarkan pelukannya.Dia menatap wajah Vidra.
"Hiks.. mari bicara, aku tau kita hanya salah paham.. ku mohon, jangan katakan kamu mau berpisah"Vidra mengusap air mata Bin.
"Ssstt...jangan menangis, nanti demam mu makin tinggi"Bin menahan kedua tangan Vidra di wajahnya.
"Akan ku lakukan apapun untuk mu, akan ku lakukan apapun""Bin, jangan menangis" Vidra memeluk Bin lagi, dia tidak tega melihat omeganya menangis.
Di balik pintu kamar Bin, ternyata keluarga Bin menguping pembicaraan keduanya.
Ayah Bin terlihat sedikit syok saat mendengar Vidra ingin memutus ikatan antar keduanya.
Ayah Bin langsung berjalan pergi.
"Sayang.." ibu Bin tau kalau suaminya kecewa mendengar hal barusan.".. ya ampun, ini sangat rumit" gumam Ibu Bin, dia merasa khawatir.
Lebih tepatnya dia khawatir ayah Bin akan memukul Vidra karena membuat anaknya menangis karena selama ini keluarga Bin jarang melihat atau mendengar Bin menangis sesenggukan seperti itu.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Alpha in the trap (Omegaverse 18+)
RandomAkibat terlalu manly padahal berjenis omega, Albin membuat rencana untuk menjebak seorang alpha agar mau menjadi matenya.