Seperti biasanya, Zane pulang di jemput oleh supir yang sudah di pekerjakan oleh ibunya.
Saat Zane masuk, ibunya sudah menunggu Zane di ruang tamu.
"Aku pulang ma" sapa Zane."Bagaimana sekolah mu ?"
"Seperti biasa, tidak ada yang spesial" jawab Zane berjalan melewati ibunya.
"Zane, tunggu!" Ibu Zane menarik tas putranya.
"Bau apa ini ? Seperti bumbu makanan ?"
Deg!
Zane lupa kalau dia membawa pulang kotak bekal milik Win."Ah, um.. tadi waktu di sekolah teman ku tidak sengaja menumpahkan makan siangnya di dekat tas ku" kata Zane berbohong.
"Apa kamu ikut makan ?" Ibu Zane menatap Zane seolah tengah menginterogasinya.
"Tentu saja tidak ma!"
"Ya sudah.. Mama pikir kamu makan juga, dengar ya.. jaga bentuk tubuh, jangan lupa jadwal diet mu.. tubuh dan wajah cantik adalah kunci utama, kamu paham ?"
Zane mengangguk pelan.
"Iya ma""Baguslah, mama siapkan salad buah mu.. mandi lah"
Zane mengangguk lalu berjalan ke lantai dua kearah kamarnya. Saat tiba di kamar, Zane menghempas kasar tasnya.
Jujur saja selama satu tahun Zane tidak pernah lagi menikmati makan makanan yang dia suka, itu pun dia selalu diam-diam makan di luar saat ibunya tidak mengawasi.
Zane membuka tasnya lalu mengambil kotak bekal milik Win, Zane membuka tutupnya lalu mengambil sisa butir nasi yang menempel di dalam.
"Uuhh.." Zane meringkuk memeluk kakinya.
".. aku mau makan bekal Win lagi" gumamnya pelan.Beralih ke rumah Win.
"Win, bukan kah kamu bawa bekal tadi pagi ? Kotaknya mana ?" Tanya ibu Win pada Win yang saat ini tengah bermain game.
"Ah, itu.." Win tersenyum kaku.
".. aku lupa bawa pulang bu""Oh.. Jangan lupa bawa pulang besok ya"
"I-iya" Win mengangguk.
.
.*Sekolah.
Zane terlihat asik mengobrol bersama teman-teman satu kelompoknya di koridor sekolah.
Win berjalan kearah Zane.
Mereka menatap Win yang saat ini berdiri di hadapan Zane.
"Bisa bicara sebentar ?"Zane menatap sinis Win.
"Berani sekali kamu mengajak aku bicara ? Memang sepenting ap-"Grep!
Win menarik paksa tangan Zane."Akh! Hei.. Lepas! Win!"
Beberapa murid melihat mereka berdua, Zane memilih diam saja saat keduanya masih berjalan di koridor.
Win membawa Zane masuk ke ruang seni.
"Ouch.. tangan ku sakit" Zane mengusap pergelangan tangannya yang memerah."Kembalikan kotak bekal ku" Win mengulurkan tangannya.
"Di rumah" jawab Zane.
"Kenapa kamu bawa ke rumah ?"
"Kamu yang memberikannya padaku, lalu aku harus apa ?! Tidak mungkin ku buang kan ?!"
"Hah!" Win menepuk jidatnya, kalau dia tidak membawa pulang hari ini mungkin ibunya akan marah.
"Ya sudah.. jangan lupa bawa besok" Win berniat pergi tapi langkahnya terhenti saat Zane menarik lengan baju Win.
"Kamu mau pergi ? Kamu tidak mau membelikan makanan untuk ku ?"
Win menghela nafasnya berat.
Dia berbalik menatap Zane.
"Kamu punya banyak teman, suruh mereka membelinya untuk mu""Win.. kenapa kamu jadi begini ?! Kamu berbeda dari mereka, kamu tau tentang ku"
Win menepis tangan Zane.
"Aku tidak tau tentang kamu, hanya karena kita makan berdua kamu menganggap aku tau segala hal tentang mu ?""Win.. jangan begini, aku tau aku salah.. jadi aku minta maaf" Zane berniat menyentuh Win tapi Win menghindar.
"Aku bosan mendengar kamu terus meminta maaf" Win berbalik tapi kembali Zane menarik baju Win.
"Lalu aku harus apa ?! Hei.. ! Jangan seperti ini! Wi- Mph!" Win langsung menarik kedua tangan Zane.
Zane membulatkan matanya saat Win mencium Zane.
"Mm!" Zane berusaha mendorong Win tapi usahanya sia-sia karena tubuhnya lebih kecil dari Win.Win mendorong Zane hingga dia terduduk di lantai, Win melumat kasar bibir Zane.
"Mmng! Mngg! Fuah-Hah.. Umph!" Win menahan kedua tangan Zane hanya dengan satu tangannya.
Tangannya yang lain bergerak meraba tubuh Zane.
Deg!
Deg!
Deg!Jantung Zane berdebar kencang saat tangan Win semakin turun ke bawah.
Touch.
Deg!
"Jangan!! Apa yang kamu lakukan ?!" Zane mendorong Win saat tangan Win menyentuh milik Zane yang masih tertutup celana.
"Win, kamu tidak berniat melakukan itu kan ?" Tanya Zane dengan suara bergetar.
"Aku memang wanita tapi jenis ku alpha, kata 'teman' tidak pantas ada di antara kita"
Win menatap Zane yang terlihat ketakutan.Dia bangun dari posisi duduknya lalu berjalan keluar dari ruang seni.
"Hah...hah..." Zane meremas seragamnya, ".. Win, jangan pergi" buliran bening perlahan keluar membasahi mata Zane."Apa hanya dengan cara itu kamu mau dekat dengan ku ? Hiks.. aku tau, aku salah, tapi .. Uhh.. Win" Isak kan kecil terdengar mulut Zane.
Dadanya terasa sesak.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tamat) Alpha in the trap (Omegaverse 18+)
RandomAkibat terlalu manly padahal berjenis omega, Albin membuat rencana untuk menjebak seorang alpha agar mau menjadi matenya.