Happy reading
Sementara semua orang masih terdiam mematung, dengan kaki kecilnya Chopper tiba-tiba berlari ke atas batu yang cukup besar dan berdiri di atasnya.
"Ada apa Chopper?" tanya Luffy yang terlihat heran dengan tindakan Chopper yang tiba-tiba.
"Ada sesuatu yang mendekat," jawabnya.
"Sesuatu yang mendekat?"
"Dan 'sesuatunya' itu apa?" tanya Ussop penasaran.
"Ah, angin datang menjemput," ujar Ace.
Vivi yang menyadari angin besar akan datang berteriak pada teman-temannya, meminta mereka untuk berlindung dibalik batu-batu besar.
"Minna! Berlindung dibalik batu!!"
"Hah?! Ada apa?"
"Badai! Badai pasir akan datang!" serunya.
Mendapat peringatan dari Vivi, Nava dan yang lain berlindung dibalik batu besar. Badai pasir yang dikatakan oleh putri Alabasta itu benar-benar datang.
Angin kecang disertai pasir datang dan menerpa mereka.
Nava mengedipkan matanya beberapa kali, khawatir butiran pasir memasuki kelopak matanya.
"Aku lupa memberitahu kalau badai pasir adalah salah satu bahaya gurun," ujar Vivi.
"Seharusnya kau bilang dari tadi!!" seru Ussop.
Angin badai terus bertiup dengan kencang. Menerpa rambut panjang Nava hingga membuatnya tampak berantakan.
Nava menghela napas malas. Dia benci angin nakal yang mengacak-acak rambutnya.
Dengan inisiatifnya, Nava memeluk Luffy yang tengah bersembunyi dibalik batu yang sama dengannya. Menyembunyikan wajahnya di dada Luffy sehingga mengurangi dampak angin yang menerpa rambutnya.
"Biarkan begini sampai badainya selesai," ujar gadis itu tanpa menatap ekspresi Luffy sedikit pun.
Awalnya dia pikir Luffy mungkin marah atau mungkin tak senang atas tindakannya karena sedari tadi pria bodoh yang ceroboh dan tak bisa diam itu tiba-tiba terdiam untuk beberapa saat.
Wajahnya terlihat terkejut saat melihat Nava memeluknya. Dia dibuat tak bisa berkata-kata dengan tindakan Nava.
Perlahan tangannya terulur, mengelus rambut pirang Nava dengan lembut. "Begini terus juga tidak apa-apa," bisiknya.
Seketika rona merah menjalar di kedua pipi Nava. Gadis itu semakin erat memeluk Luffy, mencoba menyembunyikan rasa malunya itu.
Luffy terkekeh pelan. Dia terlihat gemas dengan sikap Nava.
Badai kencang berlangsung cukup lama. Pasir yang dibawanya membuat Luffy dan teman-temannya terkubur dalam tumpukkan pasir.
Nava berusaha keluar dari dalam pasir. Dia terlihat kesulitan bernapas berkata tumpukan pasir tadi.
"Kau tidak apa-apa 'kan, Nava?" tanya Luffy.
Nava menggeleng dengan cepat sebagai jawaban. Dia hanya sedikit terkejut saja karena baru kali ini dia tenggelam dalam tumpukan pasir akibat badai.
Perjalanan kembali dilanjutkan. Dibawah sinar matahari yang terik Nava sesekali mendesis pelan karena kesal. Sejak kemarin panas matahari terus membakar kulitnya hingga memerah dan mulai menggelap.
"Oe, Sanji! Ayo kita makan bento! Kaizoku bento!!" pekik Luffy yang sedari tadi sudah kelaparan.
"Masih belum saatnya! Sampai Vivi chan mengijinkan, tidak boleh makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen [One Piece X Oc]
FanfictionSeorang gadis kecil telah berjanji akan bertemu kembali dengan bocah bertopi jerami itu saat mereka dewasa nanti. Rasa suka dan kagumnya pada bocah itu memberikannya tujuan dan perjalanan baru. Lantas bagaimana kisah perjalanannya di lautan yang lua...