58.

349 44 0
                                    

Jujur aku nggak nyaka akan sebanyak ini ceritaku dibaca 😭😭 sekarang My Queen sudah 40k lebih terbaca oleh para readers sekalian. Aku terharu banget apalagi waktu inget masih bisa diitung pake jari jumlah pembaca cerita ini.

Makasih ya semuanya ❤️❤️❤️

Happy reading

Semuanya tidak baik-baik saja. Enel, sosok yang saat ini disebut oleh Dewa muncul dihadapan kru topi jerami yang sedang dalam tugas membawa kapal Merry go keluar dari pulau Upper Yard.

Mungkin karena sesuatu yang disebut sebagai mantra atau semacamnya, Enel berhasil menemukan lokasi mereka.

Tapi, satu yang lebih mengerikan lagi. Enel, dia tepat berada dibelakang Nava saat ini dengan tangannya mencekik leher gadis itu. Sorot matanya yang tajam tak bisa melepaskan Nava dari padangannya.

Nava tak bisa bergerak atau berbuat apa-apa. Tubuhnya kebas saat terkena sambaran petir yang cukup hebat. Bahkan Fuza pun jatuh tumbang saat burung itu mencoba menyelamatkan tuannya.

"Gadis aneh dan seekor burung pengkhianat ...." Enel menatap keduanya bersamaan. "Kau bukan gadis biasa, kan?" Dia berbisik tepat di telinga Nava. Membuatnya bergidik ngeri dan bulu kuduknya berdiri.

"Na-Nava?" Nami terkejut. Dia menutup mulutnya tak percaya. Tubuhnya diam membeku saat melihat Nava berada di tangan Enel dalam keadaan tak berdaya.

"Enel! Lepaskan anak itu?!" Pekik Gan Fall.

Enel tersenyum menyeringai. Dia menatap Gan Fall dengan tatapan remeh. "Oh, mantan dewa, Gan Fall, ka—"

"Oi, lepaskan Nava chan!" Sanji memekik marah pada Enel saat melihat Nava dalam sekapan dewa itu. Dia bersiap menyerang Enel kapan saja dengan tendangannya.

"Sa-sanji, ja-jangan," lirih Nava. Dia mencoba menghentikan Sanji agar tidak sekali pun menyerang Enel yang notabanenya memiliki buah iblis jenis logia goro goro no mi. Dewa petir itu mungkin terlalu kuat untuk bisa dikalahkan bahkan jika Nava sangat ingin membunuhnya. "Ja-jangan mendekat!"

Enel berdecak kesal. "Ck, padahal aku belum selesai berbicara," gumamnya geram.

Sanji mengarahkan tendangannya pada Enel. Seluruh tenaga yang kini terpusat di kakinya hendak menyerang dewa itu sehingga dia melepaskan Nava, tapi ... Enel dengan mudah menjatuhkan pria itu.

Sambaran petirnya yang hebat sukses membuat tubuh Sanji hangus terbakar. Dia bahkan langsung kehilangan kesadarannya begitu sambaran petir menyambar tubuhnya.

"SANJI!"

"Sanji kun!"

Pupil mata Nava bergetar hebat. Seperti ini kah rasanya rasa takut itu? Dia tak pernah tahu jika rasa takut akan membuat tubuhnya gemetar begini. Mengerikan.

Dia tak pernah takut atau pun gentar saat berhadapan dengan Shirohige, ayahnya, atau Doflamingo, kakaknya, tapi ini mungkin yang dinamakan dengan perbedaan kekuatan. Sekuat dan sepercaya diri apapun Nava terhadap kekuatannya, pada akhirnya dia akan kalah dari orang-orang yang jauh lebih kuat darinya.

Shirohige, Doflamingo, Marco, Akagami no Shanks, anggota kru Shirohige yang lain, mereka semua sangat kuat. Satu hempasan tangan mereka bisa membuatnya tak berdaya seperti yang dia rasakan saat ini.

Tubuh Sanji kini terbaring lemas di atas deck kapal. Wajahnya nampak pias dengan seluruh tubuhnya yang hangus terbakar.

Nami dan Ussop berusaha melihat keadaan pemuda itu. Mereka panik melihat Sanji yang merupakan salah satu yang terkuat di kru tumbang begitu saja berkat satu serangan dari Enel.

"Bertahanlah, Sanji!" Pekik Ussop.

Enel terkekeh pelan. Dia tanpa.ragu menyunggingkan senyum puas, bangga dengan hasil dari perbuatannya.

"Enel!" Nava menggeram marah. Dia membalikan wajahnya, lalu menatap pria itu lekat-lekat dengan alis menukik ke bawah.

"Dia orang yang bodoh," tutur Enel mengejek. Arah pandangannya lalu beralih menatap Nava sekilas. "Sama sepertimu."

"Sebenarnya aku ke sini bukan untuk menyerang kalian semua," jelasnya.

Gan Fall memicingkan matanya tak senang. "Lalu, apa tujuanmu kemari?!"

Kekehan pelan kembali lolos dari mulut pria itu. "Ucapan salam yang dingin sekali." Enel menatap sosok Gan Fall yang ada di hadapannya dengan mata memicing tajam. "Bukankah ini sudah 6 tahun berlalu? Mantan dewa, Gan Fall."

Nami dan Ussop berusaha memeriksa keadaan Sanji. Setidaknya mereka harus memastikan kalau pemuda itu masih bernapas.

Dan Nava merasa begitu lega setelah Ussop berkata jika pria berambut kuning itu ternyata masih hidup.

"Oe, oe, bajingan!" Dengan sekejur tubuh gemetar Ussop berdiri dihadapan Enel. Mulutnya terasa kaku untuk berucap, tapi dia berusaha mengumpulkan keberaniannya sebanyak mungkin agar bisa bersuara. "Apa yang kau lakukan pada Sanji?!" Pekiknya.

"Kalau berani, lawan aku!" Ucapan Ussop terdengar terbata-bata, tapi dengan berani dia menantang Enel. "8.000 pengikutku akan mengepungmu dalam sekejap!"

"Ussop, jangan!" Ussop benar-benar bodoh menurut Nava. Pemuda itu dengan berani memprovokasi Enel yang notabanenya lebih kuat dari dirinya.

Sementara itu, Enel hanya diam memperhatikan tingkah Ussop.

"Tapi, jika kau pergi sekarang, aku akan membiarkanmu hidup!" ujar Ussop.

Begitu Ussop menyelesaikan kalimatnya, sosok Enel menghilang sari hadapan mereka. Nava yang semula berada dalam cengkraman orang itu pun terjatuh lemas dan hampir tak sadarkan diri.

"Ah, Nava!" Nami berlari menghampiri Nava. Dia berhasil menangkap tubuh gadis itu sebelum dia menyentuh kerasnya deck kapal. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

Nava dengan cepat menggeleng pelan. "Seluruh tubuhku mati rasa," ujarnya diiringi dengan kekehan pelan.

Rasanya, kelopak mata Nava memberat. Kantuk menghantam otaknya hingga tanpa sadar gadis itu perlahan tak sadarkan diri dalam pangkuan Nami.

"Dia kabur?" Ussop menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Enel, tapi sepertinya orang itu telah pergi dari kapal mereka.

Tetapi, tepat setelah perasaan tenang itu muncul, Enel tiba-tiba berdiri dihadapan Ussop dengan satu jari terarah ke depan. Seketika listrik menyambar tubuh pria berhidung panjang itu hingga tubuhnya hangus dan tak sadarkan diri.

"USSOP!" Nami kaget melihatnya.

"Keparat!" Pekik Gan Fall.

"Diam dan duduk saja," ucap Enel. "Maka aku tak akan melakukan apapun." Arah pandangan Enel lalu tertuju pada Nami yang memeluk tubuh Nava erat-erat. Tatapan matanya seolah memberitahu Nami jika dia tak ingin bernasib sama dengan teman-temannya. "Mengerti?"

Nami mengangguk dengan cepat. Dia sangat ketakutan saat ini.

"Bagus," balas Enel setelah melihat tanggapan Nami dengan senyum merekah di wajahnya.

To be continued

Sebenarnya chapter ini dibuat dengan tujuan agar Nava merubah pandangannya. Rasa kalah dan tak berdaya selama di arc Skypiea akan merubah seluruh pandangan dan tindakannya ke depan.

Aku pengen supaya Nava belajar rasanya saat dia kalah dari seseorang yang jauh lebih kuat darinya dan memang nyatanya di saat ini, Enel terlalu kuat untuk Nava yang hanya pengguna buah iblis biasa yang bahkan belum menguasai haki.

Sekian hehehe

Buat yang mau support aku bisa kesini ya

https://teer.id/purple_enjel

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang