48.

399 74 24
                                    

Hehehe, aku update bestiee. Haluku sudah terisi penuh karena kemarin udh liat yang cakep2. Oh ya, kalau kalian mau liat foto paparazi yg kudapet, bisa di lihat chpater NGGAK PENTING. Maaf kalo fotonya jelek atau gk memuaskan hehehe

Happy reading

"Oh ya Nava, bisakah kau beritahu aku kenapa kau bisa berubah menjadi anak-anak?" Robin bertanya dengan penasaran. Sejak tadi dia memikirkan alasan mengapa Nava bisa berubah menjadi anak kecil secara tiba-tiba dan tubuhnya demam selama beberapa waktu.

Nava terdiam. Dia memandangi langit yang memayunginya dengan tatapan sayu. "Kurasa itu karena kutukan Dewa."

"Tunggu, jadi Dewa di pulau ini mengutukmu?" tanya Nami.

"Leluhurku dikutuk oleh Dewa. Tentu saja bukan Dewa dari tempat ini." Nava teringat masa lalu. Saat di mana ibunya, Minerva masih hidup dan menceritakan cerita-cerita menakjubkan tentang sejarah dunia beratus-ratus rahun lalu seperti sebuah dongeng yang jadi kenyataan. "Kami- aku akan mati jika masuk ke tanah Dewa," ungkapnya.

Sontak, Nami, Robin, Chopper, dan Zoro terkejut.

"Tunggu, kau benar-benar akan mati? Nee Nava!" Nami mencengkram pundak Nava. Mengguncangkan tubuhnya, memohon penjelasan. "Kau bercanda 'kan?"

"Tidak. Aku serius. Dulu orang-orang yang tinggal di pulau Slimmy, kampung halamanku, disebut sebagai peri musim dingin. Kami meniupkan angin dingin keseluruh tempat agar membeku dan dihujani oleh salju. Beratus-ratus tahun kami disembah sebagai Dewa yang agung, tapi bangsaku sama sekali tidak perduli akan hal itu. Yang mereka lakukan hanyalah menjalankan tugas mereka. Menjadi pembawa musim dingin dan menjaga keseimbangan cuaca di dunia. Hanya itu," Nava terdiam sejenak. "Tapi, Dewa tidak suka dengan bangsa kami sejak awal. Mereka menyamakan kami dengan iblis dan mengutuk agar setiap orang yang lahir dari pulau Slimmy selamanya akan seperti es di pulau, tanpa emosi. Bagai sebuah tubuh tanpa jiwa."

Kisah yang begitu kelam dan menyedihkan. Kutukan Dewa yang bahkan lebih buruk dari kematian. Bagai jeratan setan yang tidak bisa terputus.

"Dan kami juga dikutuk agar tidak mendekati tanah Dewa." Nava termangu sesaat. "Setahuku aku akan mati jika mendekati tanah Dewa, tapi mengingat aku baik-baik saja mungkin karena aku adalah half." Nava sendiri tidak yakin denga hipotesanya, tapi yang pasti saat ini dia beruntung. Kembali menjadi anak kecil memang menyebalkan, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada harus mati konyol hanya karena sebuah kutukan tidak jelas.

"Sudahlah, lupakan tentangku," ujarnya. "Sekarang bagaimana caranya pergi ke daratan jika kita berada di tengah-tengah air yang dihuni oleh sekumpulan hiu?

Zoro menunjuk ke arah dahan pohon besar yang ada di atas kepalanya. Di sana terdapat akar merambat yang bisa digunakan. "Kita bisa menggunakan akar merambat itu," ungkap Zoro.

"Kau benar. Ide bagus," puji Robin. "Apa kau keberatan jika aku ikut, tuan pendekar pedang?"

"Baiklah, asalkan kau tidak menghambat perjalanan," jawab Zoro.

Nava membelalak. "Apa?! Nico Robin, kau mau pergi juga?!" Dia memekik tak percaya.

"Tunggu dulu, Robin! Mau kemana kau?" Pekik Nami.

Robin membalikan tubuhnya. "Lihat ini," pintanya. Dia memandangi dinding batu yang berukirkan semacam huruf dan tulisan yang sama sekali tidak bisa dibaca oleh orang awam pada umumnya. "Nampaknya sudah 1000 tahun sejak altar ini dibangun," papar Robin.

"1000?"

Senyuman merekah di wajah Robin. "Sejarah seperti ini membuatku bersemangat," ujarnya.

Nami, Nava, dan Chopper yang berdiri di deck kapal memandang punggung sang arkeolog dengan tatapan bingung.

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang