25.

1K 149 19
                                        

Makasih buat yang selalu support fanfic ini 😘😘😘 aku sayang kalian seriusan deh

Happy reading

Mr. 2 melepaskan jubah yang tadi dia ambil dari Ussop tadi dan mulai menyerang Vivi dengan serangan kaki baletnya yang aneh.

Nava mengernyit kesal. Di saat begini dia malah tak bisa melakukan apapun. Sial! Apanya yang melindungi Vivi? Kini Vivi bahkan terlihat berusaha menghindari serangan Mr. 2 sambil melindunginya.

"Vi-Vivi," lirih Nava.

"Ojou Vivi, padang pasir ini akan menjadi ... kuburanmu!" Pekik Mr. 2.

Nava berulang kali mencoba menembaki Mr. 2, tapi gerakan banci itu lebih incah. Dengan gaya baletnya, dia berhasil menghindari setiap tembakan Nava.

"Sial, banci ini terlalu lincah," desis Nava.

Rasanya Nava sekarang seperti nenek-nenek berusia 50 tahun karena sakit dipunggungnya dan keahlihannya yang tiba-tiba menumpul hanya karena sedikit terluka. Jika saja tangannya tidak patah, kepala Mr. 2 sudah berlubang saat ini.

"Un Deux Ora!" Mr. 2 berniat menyerang Vivi lagi, tapi tiba-tiba Karoo tersadar dan langsung membawa Vivi pergi.

Bebek yang dinaiki Nava pun sudah terbangun. "Tolong bawa aku. Kita harus melindungi Vivi," ujarnya. Bebek itu mengangguk pelan dan langsung berlari mengikuti Karoo. Keduanya berlari dengan lincah menuju kota Alubarna untuk menghindari Mr. 2.

Nava berbaring lemas di atas punggung bebeknya. "Arigatou na," gumamnya. Bebek itu tampak menganggukan kepalanya pelan.

Dibelakang mereka, Mr. 2 masih mengejar. Entah bagaimana banci itu bisa berlari sambil melakukan pose balet. Bakat yang luar biasa.

"Karoo, kalau kau lurus ke depan, kita akan terpojok di tangga itu!" ucap Vivi.

"Sudah kubilang tunggu aku!" pekik Mr. 2 dengan nada suaranya yang aneh.

Karoo dan bebek itu berlari agak sempoyongan dan mereka menaiki tebing curam di pinggiran kota Alubarna. "Tunggu, ini tepi bukit!" Ujar Vivi setengah panik. Tapi Karoo dan bebek yang dinaiki Nava tak menyerah. Kaki mereka menapaki bukit curam itu tanpa gentar hingga akhirnya mereka sampai di atas.

"Kalau sudah sampai sini, Mr 2 tak akan bisa mengejar," ucap Vivi, tapi begitu dia menoleh ke belakang Mr. 2 ternyata mengikuti mereka menaiki dinding bukit.

"Banci yang tidak mudah menyerah," gumam Nava dengan nada kesal.

Kini mereka sudah sampai di atas, tapi apa yang ada di depan mata mereka saat ini adalah sesuatu yang sebenarnya tak ingin Vivi lihat.

Para pasukan pemberontak dan pasukan kerajaan terlihat saling berperang satu sama lain.

Pertarungan di sana sini. Suara ledakan serta aduan senjata terdengar memenuhi indra pendengaran mereka. Vivi tak kuat lagi melihat hal ini. Tak seharusnya perang ini terjadi. Banyak orang tak bersalah yang menjadi korban karena perang tak beralasan ini.

"Karoo, apa kau bisa melewati medan tempur ini?" tanya Vivi dengan suara pelan.

Karoo mengangguk pelan. "Dalam keributan ini kita tak akan bisa mencari Kozha, jadi kita ke istana raja dan mencari Chaka."

"Vivi ...."

Vivi menoleh begitu Nava memanggilnya. "Kita berpisah di sini. Aku akan naik ke atas bangunan dan menghentikan anggota Baroque Works yang menyamar sebagai pasukan kerajaan mau pun pasukan pemberontak."

Vivi terperangah mendengar hal itu. "Memangnya ada yang seperti itu?" Tanyanya tak percaya.

Nava tersenyum menyeringai. "Tentu saja. Memangnya ada pasukan kerajaan akan menembak ke arah kita seperti tadi kalau mereka bukan anggota Baroque Works. Crocodile pasti sudah bersiasat agar kau dan Kozha tidak bertemu. Aku akan melindungimu dari atas kalau-kalau ada yang berusaha menyerangmu, jadi tenang saja."

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang