26.

901 125 40
                                    

Happy reading

Luffy dan teman-temannya dibawa ke istana untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka dari berat sampai ringan.

Nava yang sama sekali tak paham tentang kedokteran hanya bisa melihat bagaimana para dokter dan Chopper beraksi. Gadis itu bahkan tak diizinkan untuk terlalu banyak duduk atau pun berdiri oleh Chopper karena dia mengalami luka di punggung yang cukup parah.

Luka lebam yang sangat biru dan beberapa tulangnya retak karena terinjak oleh banyak unta. Intinya dia sudah bekerja keras jadi seseorang tolong puji dia karena telah melakukan perbuatan baik!

"Chopper, aku bosan," gumam Nava pada Chopper yang kini tengah sibuk meracik obat untuk yang lain karena mereka masih belum sadar juga.

"Beristirahatlah dengan benar Nava. Luka dipunggungmu itu cukup parah kau tahu," ujar Chopper mengingatkan.

"Baiklah dokter kecil," gumam Nava dengan nada acuh tak acuh.

Saat ini hari sudah berganti malam dan yang lain masih belum juga sadarkan diri. Nava merasa sangat bosan karena dia tak boleh kemana-mana oleh Chopper dan setelah dipikir lagi, luka dipunggungnya cukup menyakitkan juga. Vivi awalnya juga tampak panik dan khawatir begitu melihat kondisi punggung Nava yang terbilang cukup parah. Selain itu tangan kanannya juga retak dan kaki kirinya hampir patah. Gadis itu benar-benar nekad. Entah bagaimana Nava bisa berjalan waktu itu.

"Sepertinya kondisimu parah ya ... Nava."

"Nico Robin." Robin tiba-tiba saja muncul dari dalam kegelapan sambil membawa sekeranjang buah ditangannya.

Nava tahu pasti wanita itu tak akan tertangkap oleh angkatan laut sehingga dia tak akan heran apalagi terkejut saat Robin mendatanginya.

"Kau mau bertamasya?" tanya Nava dengan nada mengejek begitu dia melihat buah di tangan Robin.

Robin tersenyum tipis. "Tidak. Ini untuk wanita jadi-jadian yang terlihat seperti gadis berumur 18 tahun," sindirnya.

"Jangan seenaknya bicara Nico Robin. Pembaca jadi salah sangka nanti!" Pekik Nava tak senang.

"Terserah," ujar Robin acuh tak acuh. Wanita itu meletakkan keranjang buahnya di nakas samping kasur Nava.

"Setelah ini apa yang mau kau lakukan, Nico Robin?" tanya Nava dengan nada tak minat.

Robin duduk di kasur Nava sambil memasang raut wajah berpikirnya. "Entahlah. Kau ada saran?" Nava menggidikkan bahunya tak tahu. Dia sama sekali tak punya ide yang bisa dia sarankan pada Nico Robin.

Robin terkekeh pelan. "Kupikir aku tahu setelah ini aku akan melakukan apa," ucapnya sambil tersenyum menyeringai.

"Apa?" tanya Nava penasaran.

Robin bangkit berdiri sambil kembali terkekeh pelan. "Kau akan segera tahu," ujarnya sebelum dia menghilang di dalam kegelapan.

"Apalagi yang dia rencanakan sekarang?"

《☆》

3 hari kemudian.

Karena kondisi Nava sudah lebih baik, gadis itu memutuskan untuk jalan-jalan ke dapur sekalian berguru pada Terracota, seorang kepala pelayan istana Alabasta.

"Terracota san, terima kasih sudah mau mengajariku memasak. Sejak lama aku ingin belajar, tapi keluargaku (kru bajak laut Shirohige) selalu melarangku. Yoroshiku onegai shimasu!" Ujarnya sambil membungkuk 90° dihadapan Terracota dan para koki yang lain.

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang