50.

526 64 9
                                    

Hai hai, udah beberapa hari nggak ketemu nih hehehe

Ada yang nungguin cerita ini update?

Happy reading

"Kapal kalian, teman kalian, dan nyawa kalian .... kau tidak mau menyerahkan salah satunya?"

Shura menyerang Chopper dengan tombaknya. Walau berhasil menghindar, ujung tombak itu malah mengenai pinggiran kapal dan entah bagaimana api muncul dan mulai membakarnya.

"Jika kau ingin hidup lama, kenapa kau sangat lemah?!" Pekik Shura.

"Hentikan!" Chopper berusaha menghentikan api yang mulai membesar dan membakar kapal. Dia berusaha memadamkan api hanya dengan kedua tangannya. "Ah, kuso!" umpatnya.

"Bajingan!" Chopper berusaha menyerang Shura dengan tinjunya, tetapi pria itu seolah bisa membaca pergerakan tangannya. Dia dengan mudah menghindari srranga Chopper seolah itu bukanlah apa-apa.

"Kalian ingin hidup ... tanpa pengorbanan apapun?" Ucap Shura.

Nava dan Chopper seketika terdiam di tempat mereka berpijak. Keduanya merenung dalam keheningan.

"Kalau seseorang ingin hidup, yang lain harus mati. Itulah hukum alam!" tutur Shura.

"Apakah kalian tahu kalau ini adalah altar pengorbanan??" tanyanya.

Chopper dan Nava menganggukan kepalanya bersamaan. "Ya," jawab mereka. Persis seperti anak kembar yang menjawab saat di tanya oleh orang lain.

"Mereka bilang seperti itu," tambah Chopper.

"Memang benar. Sisa dari teman-temanmu sedang berusaha untuk sampai ke sini. Ada empat wilayah di pulau ini yang masing-masing dijaga oleh pendeta. Aturannya adalah ketika target masuk ke salah satu wilayah ... pendeta lainnya tidak boleh ikut campur," jelas Shura. Dia mengambil napas sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi, altar pengorbanan ini tidak termasuk di salah satu wilayah tersebut. Berarti ini adalah area bebas. Aku bisa melalukan apapun sesuai kemauanku."

"Bagaimana pun ... semua yang menerima penghakiman langit pasti sudah mati," ungkap Shura.

Nava terbelalak. "Apa?!" Pekiknya. "Jangan bilang Luffy chan dan yang lain ...."

"Jangan terlalu panik. Aku kesini bukan berarti teman-temanmu sudah mati," ucap Shura. "Sayangnya, aku ke sini karena alasan yang berbeda."

"Ah, tapi apa itu berarti kami bisa keluar jika Luffy dan yang lain bisa menyelamatkan kami?" tanya Chopper.

"Ya, begitulah maksudku. Jika kau bisa keluar dari area bebas ini, tapi tahan dulu .... Alasan aku datang kesini diluar dari aturan penghakiman. Ketika ada situasi pengecualian, maka aturan akan sedikit berubah."

Tanda tanya besar muncul dibenak Nava sejak tadi. "Kenapa salah satu pendeta ini mau menjelaskan dengan sabar apa yang terjadi? Kalau aku, pasti langsung kubunuh mangsaku," tuturnya dalam hati.

"Pengecualian?"

"Ya, contohnya sitausi di mana 3 orang di altar pengorbanan kabur menggunakan tumbuhan merambat," ucapnya sembari menunjuk pada akar merambat yang tergantung di atas dahan pohon.

"Eh, situasi seperti itu ...," Chopper dan Nava bergumam. Mereka teringat kejadian beberapa saat lalu.

"Dewa ada di pulau ini 'kan? Aku mau menemuinya ....." Keduanya tiba-tiba teringat dengan ucapan Zoro sebelum pendekar pedang itu pergi dan masuk ke dalam hutan. Mereka tersadar akan satu hal. Yang Shura singgung barusan adalah teman-teman mereka sendiri.

Rasanya seperti tertampar kenyataan lalu tersambar guntur di tengah hari yang cerah. "YANG DIA MAKSUD ADALAH MEREKA!" Nava dan Chopper sontak terperangah. Rahang mereka terbuka dengan lebar. Rasa terkejutnya kini terlihat jelas di raut wajah mereka.

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang