Kira-kira masih ada yang nungguin ff ini nggak ya?
Happy reading
"JANGAN BERCANDA!" teriak Ussop.
Sanji bergelayut senang. "Ah, aku suka Nami san yang ini ~"
"Ayo cepat!" ajak Ussop.
"Chopper ayo!" ujar Zoro.
Semua orang langsung lari mengejar Nami dan Vivi yang terlihat semakin jauh. "MATTE!"
Namun Nami dan Vivi justru semakin jauh. Mereka kehilangan jejak dua gadis muda itu.
"Hah? Dimana Nami dan Vivi?" tanya Nava. Sejauh mata memandang, gadis itu hanya melihat hamparan pasir luas tanpa ada jejak dari unta yang dinaiki Nami dan Vivi beberapa saat lalu.
Ace menggidikkan bahunya tak tahu. "Sejak tadi aku hanya mengikutimu Nava."
Nava menepuk jidatnya kesal. Gadis itu melihat kesekelilingnya, bahkan Ussop dan yang lain juga ikut menghilang. Bagaimana hari mereka bisa lebih sial lagi dari ini?
"Luffy?" Ace termangut. Adiknya, Luffy tiba-tiba saja menghilang dari pandangannya padahal beberapa saat yang lalu mereka masih berlari bersama. "Dimana Luffy, Nava?"
Kali ini giliran Nava menggidikkan bahunya. "Mana kutahu. Kita tiba-tiba saja berpisah dengan mereka," ucap gadis itu sambil menghela napas lelah. "Huft, padahal aku sudah lelah. Kenapa mereka pakai menghilang segala sih?" keluhnya.
Ace tiba-tiba berjongkok di depan Nava. "Mau kugendong lagi?"
Nava dengan cepat menggeleng. "Tidak perlu. Kau juga pasti sama lelahnya denganku." Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi. "Ayo kita jalan lagi saja. Mungkin nanti kita akan bertemu dengan mereka lagi."
Tubuh Nava tiba-tiba saja diangkat seperti karung beras di pundak Ace. "Ace! Apa yang kau lakukan?!" pekiknya kesal.
"Aku tahu kau kuat Nava, tapi kau sudah kelelahan dan kau tak kuat dengan panas. Apa kau ingin nana– maksudku Marco memarahiku lagi karena tidak bisa menjagamu dengan benar?"
Nava mengerucutkan bibirnya kesal. "Itu resikomu." Gadis itu masih saja keras kepala. Dia tak mau digendong dan terus mengeluh. "Turunkan aku, Ace!"
Ace menggeleng dengan cepat. Nava menghela napas kasar. Dia menyerah. Ace itu keras kepala. "Baiklah, kau boleh menggendongku, tapi setidaknya gendong aku dipunggungmu. Posisi seperti ini membuat kepalaku pusing."
Pemuda itu setuju. Ace menurunkan Nava kemudian menggendong gadis itu dipunggungnya. Ace terus berjalan ke depan. Kakinya terus melangkah tanpa lelah di bawah terik matahari.
Nava menaruh kepalanya di pundak Ace dan berbisik dengan suara pelan. "Sebenarnya aku kemari karena mencarimu Ace."
Ace tersenyum kecil. "Sudah kuduga."
"Aku merasakan firasat buruk tentangmu. Tolong berhenti mencari Kurohige. Ini benar-benar berbahaya."
Ace menggeleng lemah. "Aku tak bisa Nava. Ini tanggung jawabku."
"Thatch tidak akan marah bahkan jika kau tidak membawa Kurohige ke hadapan papa. Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab lagi untuk hal ini." Nava berusaha meyakinkan Ace. Beberapa hari sebelum gadis itu berangkat ke Alabasta, dia sering kali gelisah dan mendapat firasat buruk. Dia mencemaskan Ace yang mengejar Kurohige tak tentu arah. Orang itu mungkin kini bukan lagi Teach yang mereka kenal.
Namun Ace tetap teguh pada pendiriannya. Inilah kenapa Nava terkadang benci dengan kaum adam. Mereka punya harga diri yang tinggi dan tidak akan berhenti sebelum tujuan mereka tercapai. Dasar.
"Berjanjilah padaku untuk tetap hidup, Ace."
"Hey, aku tidak akan kenapa-napa Nava."
Nava menggeleng lemah. "Aku takut Ace. Kurasa hal buruk akan terjadi."
Nava mengeratkan pelukannya di leher Ace. Air matanya tanpa sadar turun dan memasahi tengkuk pemuda itu. "Aku janji, aku akan tetap hidup Nava."
"Jika kau mati, aku akan mengejarmu hingga ke neraka, kakak ipar."
Ace terkekeh pelan. "Apa sekarang kau sudah mengklaim Luffy sebagai milikmu?"
Nava mengangguk antusias. "Tentu saja. Dia milikku. Dulu, sekarang, mau pun di masa depan. Tidak ada yang bisa benar-benar memilikinya selain aku," ucap gadis itu dengan penuh rasa percaya diri.
Ace tiba-tiba saja berhenti berjalan. Nava memgerutkan keningnya heran. "Ada apa Ace?"
"Suara apa itu?" Ace menurunkan Nava dari punggungnya dan melirik ke samping kanan dan kiri, namun disekitarnya hanya ada padang pasir.
Nava yang kini berdiri tak jauh dari Ace termangut. "Suara? Memangnya kau men–"
Ace tiba-tiba saja memekik. "Menyingkir dari sana!!" Seekor kalajengking besar berwarna merah terang muncul dari dalam permukaan pasir.
Capitnya yang besar dan tajam bersiap menyerang Ace dan Nava. Ace tersenyum menyeringai. "Nava, apa kau ingin makan camilan? Ayo kita makan kalajengking bakar."
Tanpa berlama-lama lagi, Ace membakar kalajengking itu hingga matang. Kulitnya yang berwarna merah terang kini terbakar oleh api hingga mengeluarkan asap dan berubah menjadi merah matang.
Ace mengambil salah satu capit kalajengking itu dan memberikannya pada Nava. "Kau tak mau makan camilan?" tanya Nava. Gadis itu dengan lahap memakan daging kalajengking yang baru saja matang terbakar api.
Ace menggeleng. "Rasanya hambar." Nava terkekeh. Sebelum mereka meninggalkan tempat itu, Nava mengambil ekor kalajengking yang biasanya mengandung racun untuk dia makan. "Kenapa kau selalu memakan makanan yang memiliki kandungan racun?"
Nava melebarkan senyum di atas wajah polosnya. "Agar tidak mudah terserang penyakit."
(Note : tolong jangan dicontoh ya anak-anak. Nava sesat.)
"Ayo kita jalan lagi. Kita harus segara menemukan Luffy dan yang lainnya." Ace kembali berjongkok. Menawarkan Nava punggungnya yang diterima Nava dengan senang hati.
Nava dengan girang menyantap ekor kalajengking tadi. Ada sedikit racun yang memberikan rasa beberapa pada dagingnya. "Ini enak lho Ace. Apa kau mau coba?"
Ace menggeleng. "Tidak mau. Nanti yang ada aku mati." Nava terkekeh pelan. Tiba-tiba muncul kadal berdiri berwarna keunguan muncul di depan mereka.
Ace melangkah ke kanan, tetapi kadal itu mengikutinya. Ace melangkah ke kiri dan kadal itu juga merentangkan kakinya ke kiri. Keduanya terus bergerak ke arah yang sama, membuat Nava merasa bosan.
Gadis itu menyandarkan kepalanya pada pundak Ace dan menutup kelopak matanya. "Mau sampai kapan kau bermain dengan kadal itu, Ace?"
Ace mengerutkan keningnya. "Aku tidak bermain dengannya. Dia mengikutiku terus."
Nava bergumam kecil. "Singkirkan saja kalau begitu. Bakar sampai hangus."
Sudut bibir pemuda itu terangkat ke atas. Membentuk seringaian halus yang membuat kadal itu bergidik ngeri. "Okay."
Ace menatap kadal itu dengan intens. Tangan kanannya sudah siap mengeluarkan api. "Jadi, apa kau masih ingin menghalangi jalan kami?"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen [One Piece X Oc]
FanfictionSeorang gadis kecil telah berjanji akan bertemu kembali dengan bocah bertopi jerami itu saat mereka dewasa nanti. Rasa suka dan kagumnya pada bocah itu memberikannya tujuan dan perjalanan baru. Lantas bagaimana kisah perjalanannya di lautan yang lua...