33.

792 110 16
                                    

Hii, guys!! Absen dulu yukk!!

Siapa yang menantikan My Queen? Sorry ya aku belum bisa sering-sering update kayak dulu.

Happy reading

"Are? Di mana Nava?"
Luffy, Robin, Ussop serta seorang profesor menaiki kapal Merry go untuk masuk ke dalam rainbow mist. Pemuda bertopi jerami itu tampak bingung kala ia tak menemukan Nava di kapal mereka.

Ussop yang melihat Luffy kebingungan pun merasa heran. "Bukannya dia ada di dalam kamarnya?" Tanyanya.

"Tapi, dia nggak ada di sana."

Robin terdiam sejenak. Wanita itu meletakkan tangannya di bawah dagu sambil berpikir kemana perginya gadis yang tengah sakit dan hanya berbaring di kasur seharian itu.

"Mungkin dia nyebur ke laut untuk meredakan demamnya," ujar Robin.

"Jangan mengatakan sesuatu yang aneh, Robin!" Tegur Ussop.

《☆》

Jauh di dalam kabut rainbow mist, Nava dan Kirimaru terus mencari kalung yang katanya bisa menghidupkan orang mati itu.

"Ugh, kenapa aku harus mencari kalung bodoh itu?" Protes Nava. Sejak mereka memasuki rainbow mist, gadis itu tak henti-hentinya mengeluh dan berakhir terkena pukulan telak dari Kirimaru beberapa saat yang lalu agar dia diam sejenak.

"Kau ingin kupukul lagi?" Tegur Kirimaru. Nava dengan cepat menutupi kepalanya dengan punggung tangannya. Dia tak ingin dipukul lagi. Pukulan Maru selalu menyakitkan dan Nava tak suka itu. Kepalanya akan terasa sakit selama beberapa menit dan itu menyebalkan.

"Jangan," lirihnya.

Kirimaru menghela napas pasrah. "Semakin cepat kita menemukan kalung itu, semakin cepat juga aku pulang."

Nava menatap Kirimaru penuh tanya. "Kenapa kau ingin cepat-cepat pulang?"

"Tentu saja karena masih banyak yang harus kulakukan!"

Nava mendengus sebal. "Ya sudah, terserah saja!"

Mata Nava melirik ke sana kemari. Mencari benda yang mungkin saja adalah kalung yang ia dan Kirimaru cari sejak tadi. Begitu banyak emas di kapal-kapal besar yang telah karam, tapi tak ada satu pun dari benda-benda itu yang merupakan barang yang mereka cari. "Sebenarnya kalung itu ada di mana?"

Nava dan Kirimaru mencari di sekitar puing puing kapal dan di dasar laut, tapi masih belum menemukan apa-apa.

"Apa kau yakin ada di tempat ini?" Tanya Nava sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ya! Ivry berkata kalung itu ada di tempat ini," jawab Kirimaru. Pemuda itu terus mencari di antara tumpukan kayu lapuk serta di dalam air dengan wujud manusianya agar lebih mudah.

Nava menghela napas pasrah. Entah sampai kapan mereka akan mencari seperti ini. "Rasanya umurku berkurang dengan cepat di dalam kabut ini," gumam gadis itu dengan suara lemas. Sebenarnya dia merasa gelisah sejak tadi.

Selain karena demamnya yang belum benar-benar sembuh, kabut tebal seperti menghisap semangat hidupnya perlahan-lahan.

"Ah, iya, untuk manusia jadi-jadian sepertimu, kabut ini mungkin akan memakan umurmu jika kau terlalu lama di tempat ini," gumam Kirimaru diiringi dengan suara kekehen pelan.

Rasanya Nava ingin menghajar Kirimaru habis-habisan. Bisa-bisanya pria itu mengatai dirinya manusia jadi-jadian. Dia ini half human, bukan manusia jadi-jadian.

"Diamlah! Kau juga makhluk jadi-jadian! Mana ada hiu bisa ngomong dan berubah jadi manusia!" Pekik Nava sembari melemparkan tatapan tajam pada pemuda berkulit biru dihadapannya.

"Ada! Bangsaku bisa!" Sahut Kirimaru tak mau kalah.

"Aneh!"

"Manusia jadi-jadian!"

"Hiu jelek!"

"Manusia jadi-jadian!"

"Kalian diamlah!" Kirimaru dan Nava terkesiap. Napas mereka tercekat tatkala suara gemuruh besar tiba-tiba terdengar oleh indra pendengaran mereka. Teriakan lantang itu membuat bulu kuduk mereka berdiri. Apa-apaan itu tadi?!

"Ya ampun, anak muda zaman sekarang kerjanya ribut terus."

Dengan perlahan Nava dan Kirimaru menolehkan kepala mereka ke belakang, menatap hiu besar berwarna hitam pekat dengan gigi-gigi besar dan tajam yang memenuhi rongga mulutnya.

"Siapa pak tua ini?" Tanya Nava sambil berbisik ke arah Kirimaru.

"Entah." Kirimaru mengangkat bahunya tak tahu.

"Maaf, pak tu—" Kirimaru hampir saja keceplosan mengatai hiu yang lebih tua darinya dengan sebutan 'pak tua' walau memang benar adanya. "Ekhem, maksud saya tuan, anda ini siapa dan kenapa anda bisa berada di dalam rainbow mist?"

Hiu itu berdecak sebal. "Cih, bocah banyak tanya."

Sabar Kirimaru, sabar. Orang tua yang seperti ini harus dihadapi dengan hati yang seluas samudra dan perkataan yang sehalus mutiara.

Kirimaru mengambil napas dalam-dalam. Dia harus tenang agar tak keceplosan berucap kasar. "Nama saya Kirimaru," ia memperkenalkan diri, "bisakah saya bertanya siapa anda? Anda sepertinya tetua dari bangsa saya."

Hiu hitam itu nampak tak berminat dan malah mengacuhkan pertanyaan Kirimaru. "Umurmu sudah tak panjang lagi bocah, kenapa kau masih ada di sini? Balik sana ke kampung halamanmu." Ujar hiu hitam itu sambil menatap Nava lekat-lekat. Siripnya bergerak melambai di udara, menyuruh gadis itu untuk segera pergi.

"Pulau Slimy sudah hancur pak tua."

Hiu hitam itu tersentak kaget. "Itu tak mungkin," bantahnya tak percaya.

Nava menundukkan kepalanya. Ingatan sedih tentang kematian yang selalu menghantui malamnya kini kembali berputar di otaknya. "Nyatanya pulau itu sudah hancur. Tak ada yang tersisa. Semuanya sudah mati! Ibuku, tetua desa, kepala desa, saudara-saudaraku yang lain ... semuanya sudah mati."

Perlahan isak tangis tak tertahankan terdengar dari gadis itu. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat agar Kirimaru atau pun hiu hitam itu mendengarkan suara tangis sedihnya. "Sialan!" Umpatnya tanpa sadar.

"Sepertinya sekarang aku tahu kenapa kau datang kemari," gumam hiu hitam itu. "Namaku Baran," Baran memperkenalkan diri, "dan aku memang berasal dari sukumu," ujarnya sambil menunjuk ke arah Kirimaru.

"Kalian mencari kalung leluhur bukan? Kalung itu ada padaku."

"Hah? Kenapa tak bilang dari tadi pa–"

Kirimaru dengan cepat menutup mulut Nava dengan tangannya sebelum gadis itu kembali melontarkan kata-kata kasar dari mulutnya. "Berhentilah menggerutu begitu, Nava," bisik Kirimaru tepat di telinga Nava.

Nava menggeram kesal. Dia mengigit telapak tangan Kirimaru dengan gigi-giginya yang tajam. "Jangan membekapku begitu!"

Kirimaru meringis pelas. Telapak tangannya terasa perih dan memerah. Nava benar-benar tidak punya hati!

"Ya ampun, dasar manusia buas jadi-jadian!"

"Diamlah!"

Nava mengulurkan tangannya ke depan, meminta dengan angkuh seolah-olah Baran akan memberikannya begitu saja padanya.

"Berikan benda itu padaku," pintanya dengan nada memerintah.

Kirimaru terkesiap. Sikap bossy dan arogan yang hanya dimiliki oleh manusia sekarang mungkin melekat dalam diri Nava. Tatapan penuh intimidasi yang tak pernah ia lihat sebelumnya kini terpancar di mata gadis itu.

"Dasar bocah zaman sekarang ...."

To be continued

Aku lagi agak sibuk sama ujian soalnya udah kelas 12, jadi agak pendek. Sorry ya guys

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang