27.

948 130 16
                                    

Happy reading

Hari sudah malam dan tiba-tiba poster buronan terbaru dikeluarkan oleh angkatan laut. Salah seorang pelayan yang melihat poster baru itu segera melaporkan hal tersebut pada majikannya.

"Tuan, poster buronan ini milik ... Nona Avy," ujar sang pelayan ragu-ragu. Raut wajahnya terlihat masam melihat majikannya yang memasang seringai di wajahnya.

Pria yang dipanggil sebutan 'tuan' itu tertawa pelan. "Avy ... lagi-lagi gadis itu terlibat masalah." Pria itu menatap harga buronan yang diberikan angkatan laut untuk Avy dengan tatapan tak suka. "Apa pak tua itu tak bisa menjaga adikku dengan benar," gumamnya sambil menatap poster buronan gadis yang dia panggil dengan nama Avy itu. Pria itu memijit pelipisnya sambil memasang raut kesal di wajahnya. Dia sepertinya terlalu santai belakangan ini sehingga tanpa sadar ia melepaskan pengawasannya dari adik perempuannya itu.

"Cepat buat para angkatan laut itu menarik poster buronan Avy!" Perintahnya dengan nada tegas.

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan pria itu sambil tertawa pelan melihat poster buronan Avy. "*****, biarkan saja gadis itu. Lagipula Avy sudah besar. Dia pasti menikmati hari-harinya yang menyenangkan. Cukup ganti saja ketentuannya jadi only alive. Aku tak ingin gadis itu kenapa-napa jika sampai dia diincar," ujar orang tadi.

Pria itu mengerutkan alisnya tak senang. Tangannya menggengam gelas alkohol di tangannya dengan cukup kuat hingga tanpa sadar gelas itu sudah pecah dalam genggamannya.

"Aku tahu kau khawatir, tapi Avy sudah besar dan bukankah Karna bersamanya? Kau memberikannya senjata seperti itu jadi seharusnya tak ada yang perlu kau khawatirkan bukan?"

Pria itu terlihat masih bersikeras ingin menarik poster buronan Avy seperti saat Avy mendapatkan poster buronan pertamanya beberapa tahun lalu, tapi mungkin saran dari orang itu ada benarnya. Dia juga ingin melihat sejauh apa Avy telah berkembang saat ini. "Baiklah, tapi ... salinkan foto buronan Avy ke dalam foto yang lebih besar agar bisa dipajang," ujarnya.

Orang itu terkekeh pelan. "Aku juga berpikir begitu."

"Avy sama terlihat menggemaskan," sahut salah seorang yang lain yang ternyata juga ada di dalam ruangan itu.

"Heheheheh, Anak itu tumbuh jadi gadis yang cantik melebihi dugaan," ujar seorang yang lain sambil diiringi dengan tawa yang menggelegar.

Semua orang terlihat melukiskan senyum di wajah mereka mengingat bagaimana tanpa mereka sadari gadis kecil mereka telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik jelita.

"Tentu saja, itu karena dia adalah Avy kita."

《☆》

"Malam ini?" tanya Ussop begitu Nami memberitahu semua orang kalau mereka akan segera meninggalkan negri pasir, Alabasta, ini.

"Ya," jawab Nami.

"Kita akan pergi dari sini?" tanya Chopper.

"Yah, kurasa ada benarnya juga. Karena sudah tak ada alasan untuk berlama-lama lagi di sini," sahut Zoro.

"Benar, aku juga mengkhawatirkan pergerakan angkatan laut," ucap Sanji.

"Yosh Luffy, kau yang memutuskan," ucap Ussop.

"Baiklah! Kita akan pergi setelah satu kali jamuan hidangan Alabasta lagi!" Ujar Luffy dengan penuh semangat.

"Kita pergi sekarang, dasar bodoh!" Pekik Zoro.

"Bodoh."

"Kenapa kalian memukulku ...," rengek Luffy sambil memasang raut sedih. Pemuda itu dengan manjanya memeluk pinggang Nava sambil mengadu seperti anak kecil pada gadis itu.

My Queen [One Piece X Oc]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang