Jadi untuk chapter kali ini, aku akan sedikit cerita tentang masa lalu Nico Robin dan Nava sehingga mereka bisa saling mengenal.
Happy reading
Seorang gadis kecil berambut pirang semata kaki dengan tatapan kosongnya kini menatap lautan luas yang membentang di depan matanya. Gadis itu terlihat sangat frustasi dengan hidupnya. Dia bahkan tak tahu harus melakukan apalagi sekarang. Semuanya sudah hilang. Rumahnya, ibunya.
Gadis itu bernama Nava. Kini dia tak punya tujuan lagi. Kemana hendaknya dia harus pergi? Lautan ini begitu luas dan dia tak tahu harus kemana.
"Mama, sekarang aku harus melakukan apa?" gumamnya sambil menatap langit yang dipenuhi dengan awan.
Nava melewati hari demi hari terombang-ambing di lautan. Dia menyelinap ke dalam kapal dan berpindah dari kapal yang satu ke kapal yang lain untuk bertahan hidup dan menemukan tujuan baru.
Nava kini duduk bersandar pada salah satu kotak besar yang terletak di atas dek. Kapal yang dia naiki saat ini sepertinya tengah mengangkut barang ke pulau tertentu. Kemungkinan besar barang itu adalah senjata.
"Apa yang dilakukan gadis kecil di kapal ini?"
Nava tersentak kaget. Dia cukup pandai menyembunyikan hawa keberadaannya, tapi entah bagaimana ada seseorang yang bisa mengetahui keberadaannya.
"Kau siapa?" tanya wanita berambut hitam lurus yang kini tengah menatap Nava dengan intens.
"Kau sendiri siapa?" tanya Nava dengan nada datar.
"Nico Robin."
"Nava," balasnya.
"Kau tak tahu tentangku?" tanya Robin dengan nada heran.
Nava menggeleng pelan. "Mana mungkin aku tahu. Aku benci manusia," ucapnya acuh tak acuh.
Robin kali ini menatap Nava dengan tatapan yang berbeda. Dia bisa melihat kebencian di mata seorang gadis yang sepertinya berusia 5 tahun itu. Entah apa yang menimpanya sehingga tanpa ragu Nava bisa mengatakan hal itu.
Robin tersenyum tipis. "Begitukah? Kalau begitu kita sama."
"Aku tidak peduli," ucap Nava cuek.
Robin terkekeh pelan. Perempuan itu duduk di samping Nava sambil memandangi langit malam yang tertutupi dengan awan mendung. Kedua hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa, tapi mereka sama sekali tak merasa terganggu dengan hal itu. Ketenangan itu membuat mereka merasa damai dan seolah lepas dari beban pikiran mereka walau hanya untuk sesaat.
"Robin!" Teriak salah seorang yang mengenal Robin dari salah satu bilik di kapal itu.
Robin berdiri dan siap-siap menghampiri orang itu. "Jaga dirimu baik-baik," gumamnya sebelum dia meninggalkan Nava seorang diri di sana. Bersembunyi di dalam kegelapan.
《☆》
Malam lainnya di kapal yang sama, Nava terduduk sambil menahan rasa laparnya.
Hari ini huja turun sangat lebat dan Nava tak memungkiri jika saat ini tubuhnya sangat basah dan kedinginan.
Tangan mungilnya gemetar. Ia sebisa mungkin memeluk dirinya sendiri untuk memberikan sebuah kehangatan yang tak nyata.
Nava tak pernah seperti ini sebelumnya. Dulu sang ibu lah yang memeluknya dengan erat setiap kali dia merasa kedinginan. Dulu sang ibu lah yang membuatkannya minuman hangat dikala hujan dan badai datang.
Perlahan gadis itu menitikkan air matanya. "Aku merindukanmu, ma," gumamnya. Nava menangis sejadinya, tapi hujan menutupi tangisannya itu bahkan meredam suaranya.
Tiba-tiba sebuah kain mendarat di kepalanya. Gadis itu berhenti menangis dan menoleh ke samping, menemukan sosok Nico Robin yang di tengah hujan badai ini malah memberikannya sebuah kain besar yang menyerupai selimut.
"Kalau kau mati kedinginan aku yang repot," gumamnya sebelum wanita itu pergi meninggalkan Nava sendirian. Gadis itu terdiam mematung. "Ada apa dengan manusia satu itu?" Batinnya heran.
Tapi, Nava tersenyum dalam hatinya. Ia menggunakan selimut yang Nico Robin berikan untuk menyelimuti dirinya sendiri agar tak lagi merasa kedinginan.
"Dasar wanita aneh," gumamnya.
Sejak malam itu, Robin jadi sering menemui Nava diam-diam sambil membawakan gadis itu sedikit makanan. Mereka hanya diam saja. Tak saling bicara sambil memandangi langit malam, tapi keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka yang sebentar itu.
"Nico Robin ...."
Untuk pertama kalinya Nava menyebutkan nama Robin dan sontak Robin terkejut akan hal itu. Sebelum ini Nava selalu bersikap acuh tak acuh padanya. Lantas apa yang membuat hati beku gadis itu kini sedikit mencair?
"Kau ... bukan orang jahat. Kenapa kau ada di tempat ini?" tanya Nava.
Robin terdiam untuk sesaat. Pertanyaan Nava itu sukses membuat Robin bingung harus menjawabnya bagaimana.
Robin menatap mata Nava lamat-lamat. "Apakah aku terlihat baik di matamu?" tanyanya. Nava menggelengkan kepalanya. "Tidak."
"Jadi aku jahat?"
"Tidak."
Robin menaikan sebelah alisnya heran. "Lalu menurutmu aku apa?"
"Abu-abu."
Robin semakin tidak mengerti dengan ucapan gadis kecil di sampingnya ini. Kenapa dia menyebutkan warna di saat seperti ini? "Apa maksudmu dengan abu-abu?" tanya Robin penasaran.
"Abu-abu tidak hitam dan tidak putih."
Rasanya seperti bermain teka teki dengan Nava. "Jadi maksudmu aku tidak jahat, tapi juga tidak baik?"
"Ya," jawab Nava terus terang.
Tiba-tiba semua orang di kapal jadi lebih ribut dari biasanya. Suara teriakan kepanikan terdengar di sana sini karena sesuatu yang tak terduga terjadi.
"Oi, ada kapal angkatan laut di sini!"
"Apa?!"
"Bagaimana mereka bisa menemukan kita?"
"Robin, ini semua salahmu! Tak seharusnya kami membawamu!" pekik salah seorang kru kapal.
"Sial, kalau begini caranya kita akan tertangkap!" Semua orang terlihat panik dan berniat untuk memberikan Nico Robin pada angkatan laut, tapi sayangnya Robin sudah melarikan diri terlebih dahulu sebelum mereka menemukan wanita itu.
"Semoga kita bertemu lagi, Nava."
Nava tersenyum menyeringai. "Aku justru berharap sebaliknya, Nico Robin." Nava sudah siap melarikan diri. Dia menggunakan sampan kecil yang berbeda dengan Nico Robin untuk kabur dari angkatan laut. Gadis itu mendayung sekuat tenaga menjauhi kapal menuju lautan biru luas yang tenang.
Keduanya berpencar sementara kapal tadi berhasil diringkus dan semua orang berhasil ditangkap oleh angkatan laut karena ketahuan menjual senjata ilegal.
The end
Yah, kira-kira begitu lah cerita awal Nava bertemu Nico Robin. Yang ngira Nico Robin itu kakak angkat Nava, well nggak mungkin begitu karena Nava dan Nico Robin itu bisa dibilang ... seumuran.
Lah kok gitu thor?
Ya, kalau dikasih tau sekarang nanti namanya spoiler dong 🤣🤣🤣
Sabar aja ya nanti ke depannya bakalan ketahuan kok kenapa Nico Robin sama Nava bisa seumuran padahal di chapter sebelumnya Nava bilang umurnya 18 tahun 🤣🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen [One Piece X Oc]
FanfictionSeorang gadis kecil telah berjanji akan bertemu kembali dengan bocah bertopi jerami itu saat mereka dewasa nanti. Rasa suka dan kagumnya pada bocah itu memberikannya tujuan dan perjalanan baru. Lantas bagaimana kisah perjalanannya di lautan yang lua...