Hai hai, aku update lagi lhooo
Happy reading guys
Luffy merasa puas. Perutnya sudah kenyang setelah makan begitu banyak makanan.
"Apa besok cerah lagi cuacanya?" gumam Luffy sembari memandangi langit malam yang berada di atas kepalanya.
"Tentu saja! Karena kita berada di atas awan," ujar Ussop.
"Hari sudah semakin malam. Api sudah tidak diperlukan lagi, jadi matikan saja," ujar Robin.
Nava mengangguk setuju. "Api bisa menunjukkan posisi kita pada musuh," katanya.
Luffy dan Ussop sama-sama tersenyum tipis. "Baka na koto," ungkap Luffy. "Kau dengar itu, Ussop? Apa kau percaya dengan apa yang mereka katakan?"
Ussop mencoba memahami hal ini. "Yah, jangan terlalu keras pada mereka. Wajar saja jika mereka berkata begitu mengingat mereka adalah orang yang menghabiskan hidupnya dalam kegelapan," ucapnya.
"Mereka tak akan mengerti," ujar Ussop.
Nava kini merasa tersinggung. Memang apa yang dia tidak mengerti? Bocah-bocah bodoh itu memangnya tahu apa?
Robin pun merasakan hal yang sama. "Apa maksud kalian?" tanyanya.
"Kita harus membuat api unggun," ujar Luffy. Dia mengeluh dihadapan Robin dan Nava bersama sohipnya, Ussop.
Ussop ikut menimpali. "Sudah sewajarnya kalau berkemah itu ada api unggunnya! Sekali pun itu harus mempertaruhkan nyawa kita!" ungkapnya.
Nami menggeram kesal. "Kalian benar-benar bodoh!"
Dia berteriak dengan keras pada sang kapten dan teman satu krunya. "Hei, sudah cukup main-mainnya!" tegurnya.
"Kau tahu betapa berbahayanya hutan ini, kan?"
"Gak peduli!" Ungkap Luffy.
Nava menghela napas kasar. Luffy benar-benar. Jika dia adalah seorang pembunuh seperti Nava, sudah pasti pria itu dengan mudah ditangkap oleh musuh-musuhnya jika saja dia tidak kuat.
Tangan Nami kini berkacak pinggang. "Ada pendeta! Juga ada geriliya di luar sana! Sekali pun tidak ada mereka, hutan seperti ini tetap berbahaya di malam hari," katanya. "Mungkin ada binatang buas atau monster sedang mengintai kita!"
"Monster?!" Pekik Chopper.
"Sora shima kowai! Sora shima kowai!" ungkap Ussop berkali-kali.
"Oi Luffy!" Padahal baru sebentar Sanji dan Zoro menghilang, tapi kedua orang itu tiba-tiba muncul dengang setumpuk kayu yang telah disusun menyerupai api unggun dengan wajah bangga.
"Apa sudah cukup kayunya?" tanya Zoro.
Sanji mengangkat ibu jarinya ke udara. Dia turut antusias dengan ide api unggun itu.
"KALIAN JUGA MAU BUAT API UNGGUN?!" Pekik Nava dan Nami bersamaan. Kedua wanita itu kini dibuat tak habis pikir dengan tingkah para pria di kru topi jerami. Semuanya sama-sama monster aneh yang sulit ditebak jalan pikirannya.
Sanjit tertawa pelan. Dia berkata dengan penuh percaya diri. "Jangan khawatir, Nami san, Nava chan," ungkapnya.
Pria itu mengangkat sebatang obor ke udara. "Binatang buas biasanya takut dengan api," katanya yakin.
Wajah Nami seketika berubah masam. Dia panik sejadi-jadinya saat melihat begitu banyak pasang mata yang menyala di tengah gelapnya hutan kala malam hari.
"Dibelakangmu! Dibelakangmu!" Nami memekik panik. "Ada sesuatu dibelakangmu!"
Suara geraman rendah yang semakin lama semakin terdengar membuat semua orang tersadar kalau mereka kini kedatangan tamu. Seekor serigala putih dengan luka di wajahnya melangkah menghampiri mereka bersama dengan kawanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen [One Piece X Oc]
FanfictionSeorang gadis kecil telah berjanji akan bertemu kembali dengan bocah bertopi jerami itu saat mereka dewasa nanti. Rasa suka dan kagumnya pada bocah itu memberikannya tujuan dan perjalanan baru. Lantas bagaimana kisah perjalanannya di lautan yang lua...