the pump wasn't broken

54 13 0
                                    

Selepas pulang dari kegiatan ospek hari pertama, aku bersama Cantika, Dita, dan Reza berkumpul di sebuah gazebo dekat fakultas untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh para panitia ospek. Setelah membagi tugas masing-masing anak, kami pun mengerjakannya dengan diiringi alunan musik pop dari ponsel Cantika. Hingga Dita berusaha mengangkat sebuah topik pembicaraan yang cukup menarik.

"Eh, eh, kalian udah ada yang naksir seseorang belum?"

Aktivitasku sempat tersendat mendengarnya. Sedangkan Cantika dengan ragu pun menjawab. "Uhm, belum sih."

Dita terkekeh. "Ah, beneran, Can?"

"Serius deh! Belum dapat yang tipe gue," sahut Cantika seraya menuliskan beberapa kalimat pada kertas warna-warni di hadapannya. "Tapi Kak Ryan lucu sih. Kalau lo sendiri?"

"Ada. Tapi, gue cuma kagum aja sih, yah pasti kalian tahu, siapa lagi kalau bukan Kak Ace."

Cantika langsung mengangguk setuju, "Kayaknya semua cewek juga gitu gak sih? Bahkan waktu dia terlambat masuk ke kelas, gue cengo. Gua yang awalnya ngantuk banget langsung melek detik itu juga! Gila, dia cakep banget! Iya kan, Kei?"

Lamunanku buyar seketika saat Cantika menepuk lenganku, "A-Ah, iya, benar."

"Menurut kalian dia udah punya pacar belum?" Tanya Cantika penasaran.

"Kayaknya belum sih, dia aja jarang buka ponsel waktu di kelas. Tandanya gak ada seseorang yang perlu dia kabari setiap saat," sahut Dita.

"Heh! Lo bertiga ngomongin cowok mulu! Kerjain noh bagian lo!" Reza melempar penghapus ke arah Dita yang langsung direspon sebuah pekikan kesal dari gadis itu.

"Iya sabar kali! Berasa kerjaan lo yang paling benar aja."

"Dari tadi kali gue sabar. Tapi lo ngomong mulu kayak burung beo."

"Daripada elo komen mulu kayak emak-emak fesbuk," cibir Dita.

"Udah, udah, lo berdua jangan pacaran di sini," ucapan Cantika membuat Dita mendelik tanda tak terima. "Kalau lo, Kei? Gimana? Ada orang yang lo suka?"

"Enggak sih, tapi," aku menggantungkan kalimatku ragu. "Kalian pernah gak sih terus kebayang-bayang suatu kejadian sama seseorang. Padahal seharusnya itu sepele banget, gak ada yang spesial, tapi rasanya beda aja gitu."

"Gue kadang gitu sih," jawab Dita yang juga disetujui oleh Cantika. 

"Maksud lo itu orang yang baru lo temui?"

Aku sempat berpikir sesaat, "Uhm, bisa jadi."

"Hayo, kenapa lo tanya gitu? Ada senior yang deketin lo ya hari ini?" Goda Dita seraya terkekeh.

Aku yang salah tingkah langsung gagap."E-Enggak. M-Maksudnya, gue uhm— gak mau kege-eran dulu."

"Wih, hati-hati aja deh, Kei. Nih gue kasih tahu aja ya biasanya senior itu cari pacar waktu para maba lagi ospek!" Sahut Cantika bersemangat.

Aku menggeleng pelan, "Tapi setelah dipikir-pikir, emang sifatnya aja yang baik deh."

Dita mengangguk-angguk pelan, "Atau mungkin lo bisa menganalisis sikap dia ke lo kayak gimana selama ke depannya."

"Kalau dia memperlakukan lo berbeda, berarti benar kalau dia suka sama lo," tambah Cantika.

Suka? Entah mengapa arah pembicaraan ini justru membuatku semakin gugup saat membayangkan harus berjumpa dengan pria itu esok hari.


Selama jam istirahat berlangsung, para mahasiswa baru dipebolehkan untuk melakukan aktivitas di luar ruangan. Sebagian besar penghuni kelasku, termasuk orang-orang yang ku kenal, lebih memilih untuk berjalan-jalan ke taman sekitar. Sehingga yang tersisa hanya segelintir anak, salah satunya ada Dita. Ia yang tidak terlalu suka berkeringat memilih untuk menemaniku makan siang di dalam ruang kelas seraya membicarakan beberapa kebiasaan di kota tempat tinggalnya. Selain beberapa dari kami, ada pula Kak Dina dan Kak Helen yang tengah mengobrolkan beberapa hal penting dengan sebuah laptop dihadapan mereka.

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang