i understood what he meant [part 2]

16 5 1
                                    

"Lah, bro? Mana katanya mau jemput orang?" Tanya Erwin kepada Kai yang berjalan masuk ke dalam burjo.

"Gak jadi, ternyata orangnya udah berangkat sendiri," ucapnya seraya mengambil sebuah kursi kosong di area meja laki-laki. Semula aku sibuk menegak air putihku tenang hingga Kai kembali berkata, "Naik ojol."

Alhasil aku tersedak. Begitu pula dengan Bella, Cantika, dan Jihan yang sadar dengan maksud kalimat itu, langsung menatapku dengan penuh bersemangat.

"Kei, kayaknya dia naksir elo," bisik Jihan yang mana aku respon dengan gelengan kepala.

"Gak mungkin. Bahkan dia gak noleh ke sini sedikit pun," kilahku.

"Emang style-nya gitu gak sih?"

"Tapi bukannya dia kayak gitu ke semua orang?" Tanyaku membuat ketiganya bungkam. "Lagian tadi emang minta tolong gak sih, wajar kalo dia samperin gue, tapi agak telat karena gue udah pesen ojol duluan."

Cantika menghela napas, "Bener juga sih. Yah, padahal kalian cocok."

Aku mengulas senyum tipis, "Mungkin jodoh gue bukan dari tongkrongan ini, Can."

Bella malah membalas, "Gue doain sebaliknya ah, biar lo nyesel ngomong gitu."

"Hadeh, udah deh mendingan kita pesen makanan dulu."

Namun ternyata tantangan yang harus aku hadapi tidak berhenti sampai situ saja.

"A' pesen indomie gorengnya empat," ucap Cantika kepada penjual di burjo.

"Pakai telur gak?"

Cantika menoleh kepadaku, "Kei, pakai telur gak?" Tanyanya dengan nada sedikit tinggi supaya aku bisa mendengarnya.

"Pakai!"

"Berarti pakai semua," tutur Cantika lagi.

Setelah memesan, tiba-tiba saja Cantika datang dengan wajah penuh dengan senyuman, dan menatapku seolah memiliki makna tersendiri dibaliknya.

"Noh, lo ditanya-tanyain mulu sama Aa' yang jualan. Katanya mau kenalan sama lo!" Cantika sengaja membesarkan suaranya seraya sesekali melirik ke arah bagian kasir.

Godaan dari Cantika lantas membuat para penjual itu salah tingkah dan tertawa saling menunjuk satu sama lain. Begitu pula dengan Bella dan Jihan yang tergelak, berakhir ikut menggodaku dengan para penjual burjo itu. Sedangkan aku yang bingung harus berbuat apa hanya terus berekspresi bingung dan melayangkan kata 'Hah?' karena hanya itu yang aku bisa.

Sampai makanan milikku datang saja, Cantika, Jihan, dan Bella tak henti-hentinya berucap 'Cie' atau 'Loh, katanya mau kenalan?' hingga 'Mie lo dibuat dengan segenap hati loh itu, Kei'. Tentu hal itu membuatku keki karena tidak tahu jawaban apa yang harus aku berikan.

"Gara-gara lo cakep sih, makanya banyak yang naksir," sahut Bella membuatku menggeleng.

"Enggak, udah deh mending lo makan aja. Kalau lo ngomong lagi, mie lo gue habisin sini."

"Lo laper? Minta tambah aja, pasti dikasih gratis."

"Gila lo."

Dan detik berikutnya obrolan kami mulai beralih pada topik acara closing ospek universitas tadi yang sangat meriah. Jihan yang memiliki pengelihatan tajam rupanya berhasil menemukan bibit-bibit penghuni unpelya ganteng pada saat melewati barisan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Juga tentang cerita Bella yang tidak sengaja menabrak beberapa perempuan yang bermain ponsel saat peralihan sebelum orasi.

"Harusnya mereka sadar diri dong kalau salah. Tapi mereka malah ngatain gue anjir," sahut Bella dengan menggebu-gebu.

"Aneh sih. Harusnya mereka malu."

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang