i took your offer

42 10 0
                                    

Tunggu. Kak Ace menawariku sebuah tumpangan untuk pulang? Aku sangat terkejut hingga hampir menumpahkan isi air di dalam botol yang ku genggam. Memang itu merupakan hal yang terdengar menyenangkan pada awalnya. Namun membayangkan kembali reaksi orang-orang— terutama teman-teman kelas C— saat harus melihatku berboncengan dengan Kak Ace, membuatku mendadak ragu. Bagaimana jika banyak orang tidak terima dan berakhir akan digosipkan sebagai maba yang genit kepada kakak tingkat?

Aku langsung menggeleng pelan, "Makasih, Kak, atas tawarannya. Tapi nanti aku nanti dijemput kok. Maaf banget."

"Perlu aku tungguin lagi?" Ia yang tampak tak masalah dengan hal tersebut justru menawarkan alternatif lain.

Tentu saja balasannya itu membuatku bertanya-tanya kenapa ia seolah ingin sekali menemaniku setelah kegiatan ini selesai?

"Gak perlu, Kak, saya bisa sendiri kok. Lagipula gak enak dilihat sama kating dan teman-teman yang lain."

Kak Ace pun terdiam selama beberapa saat lalu mengangguk pelan, "Oke deh."

Setelah itu ketiga temanku pun datang dan aku memutuskan untuk bergegas mencuci tanganku di kamar mandi. Meski ada sedikit penyesalan di dalam hati, aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya. Lagipula toh akan terlihat aneh jika seorang mahasiswa baru harus diantar seorang kakak tingkat saat masa orientasi berlangsung.

Saat aku kembali, sosok Kak Ace sudah tidak ada di tempat, begitu pula dengan keberadaan tas birunya. Ketika bertanya kepada ketiga temanku, mereka mengatakan bahwa Kak Ace dipanggil oleh seorang kakak tingkat untuk ikut berkumpul dengan teman-teman satu jurusannya.

Aku langsung mengedarkan pandangan ke sekitar dan mendapatkan Kak Ace tengah duduk bersama dengan tujuh kakak tingkat lain sebuah meja taman yang letaknya tak terlalu jauh dari kami berada. Dilihat dari ekspresinya, seperti mereka tengah membahas sesuatu yang cukup serius. Hingga tiba-tiba saja salah satu temanku bertanya kepadaku.

"Kei, lo keren banget bisa akrab sama Kak Ace," sahut Novi.

"Iya, kalian lagi PDKT ya?" Tanya Maura membuatku membelalak kaget.

Aku sontak gelagapan, "H-Hah? Enggak! Emang dia yang friendly ke semua orang gak sih?"

"Bener sih. Tapi menurut gue, Kak Ace ngelihat lo kayak beda gitu, Kei," ujar Jihan yang diselingi anggukan dari Maura.

"Eh iya, gue juga mikir gitu," tambah Novi.

"Enggak, guys. Tadi cuma ngobrol biasa aja. Kebetulan dia juga duduk di samping gue jadinya lebih banyak ajak gue ngobrol gitu."

"Tapi kalau PDKT beneran juga gakpapa tahu, Kei!"

Aku menggeleng pelan seraya terkekeh pelan, "Gak mungkin."

"Ya habisnya tadi kalian kayak deket banget."

"Tadi cuma bahas seputar kuliah doang, gak ada yang aneh-aneh deh, suwer!" Aku mengangkat jemariku yang membentuk tanda peace.

"Emang Kak Ace gak bahas atau nawarin yang aneh-aneh gitu, Kei?" Tanya Maura.

Aku mengerutkan kening, "Maksudnya yang aneh-aneh tuh kayak gimana?"

"Ya misal aja bahas tentang PDKT atau nawarin lo sebuah tebengan buat balik bareng gitu."

Aku sempat tersindir didalam hati, tapi berusaha untuk mengendalikan diri agar tidak dicurigai oleh mereka, "Enggaklah. Ya kali Kak Ace kayak gitu ke gue." Aku berdalih seraya terkekeh diakhir kalimat.

Mereka yang langsung percaya langsung mengangguk-angguk paham, "Oalah gitu. Iya sih agak mustahil seorang Kak Ace yang super keren deketin maba kayak kita."

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang