i didn't get lost

46 10 0
                                    

Akhir dari kegiatan hari ini adalah penutupan kegiatan ospek fakultas. Pembagian doorprize adalah salah satu bagian dari acara, yang dilakukan secara pengundian. Hadiah-hadiah yang terjejer dimeja panjang depan dekanat akan diberikan kepada orang-orang yang memiliki nomor tiket yang sama dengan yang diambil oleh Kak Darren, ketua BEM fakultas seni. Sedangkan tiket undian yang berisikan nomor hingga tiga digit secara acak itu kami dapatkan dari para kakak pembimbing ketika sebelum melakukan jalan sehat pagi tadi.

Tiap kelas pun diminta untuk duduk di halaman dekanat untuk menunggu panggilan atas pemenang dari tiap kategori yang disediakan. Dan pada akhirnya kami mendapatkan bingkisan bertuliskan "Kelas Paling Diam" yang diterima oleh Farhan selaku ketua kelas. Jujur, itu sedikit mengejutkan karena tak sedikit anggota kelas kami yang terkenal berisik dan suka berulah. Kami pun bersorak begitu Farhan kembali ke area tempat duduk kelas C yang berada dibawah pohon mangga depan gedung E, dengan raut cengengesan.

Setelah satu jam berlalu, pengocokan undian hadiah untuk tiap individu dilakukan. Seraya menunggu, aku yang duduk melingkar dengan sebagian teman-teman perempuan kelasku pun sibuk membicarakan banyak hal, mulai dari makanan hingga hobi. Meski gelagatku tampak tidak ada yang aneh, tapi benakku benar-benar kacau saat membayangkan Kak Ace memasuki kos perempuan yang entah itu merupakan pacarnya atau bukan.

Hingga nomor pada tiket milikku dipanggil, membuatku terlonjak di tempat.

"Eh, nomor gue bukan sih yang barusan disebut?" Aku yang sempat melamun langsung membuka kertas bertuliskan 489 digenggamanku. Kami lantas kembali memasang telinga begitu nomor tersebut dipanggil untuk kali kedua.

"Bener, Kei! Maju buruan!"

Aku pun melangkah mendekat ke lokasi dimana sejumlah kakak pembimbing tengah berjaga di area hadiah. Rasa malu dan gugup terasa jelas bagiku ketika harus melewati beberapa kumpulan kelas yang langsung menjatuhkan pandangan ke arahku. Setelah menerima hadiah dan dilanjutkan dengan sesi berfoto dengan Kak Darren di depan semua orang, membuatku lantas buru-buru meninggalkan tempat.

Setibanya kembali di posisi dudukku sebelumnya, banyak dari teman-temanku yang memekik girang karena tahu jika aku mendapat kesempatan untuk berfoto bersama dengan ketua BEM yang super keren.

"Astaga, Kei! Gue iri banget sama lo!"

"Sama anjir! Tolong MC sebut nomor gue! Gak butuh hadiah, cuma butuh foto sama Kak Darren doang!" Seru Cantika gemas yang tentu tidak akan sampai hingga ke telinga si pengisi acara karena jarak yang lumayan jauh.

Disela-sela percakapan kami, sebuah getaran akibat notifikasi dari aplikasi Line yang masuk membuatku lantas melihat layar ponsel. Alisku mengernyit bingung pada detik itu juga.

Rizky: Keira
Rizky: Boleh minta nomor Whatsapp kamu gak?

Ada apa gerangan sehingga membuat orang itu mengirimiku pesan Line padahal ia tengah duduk bersama anak laki-laki kelasku lainnya di bagian belakang dengan jarak tidak ada tiga meter. Aku yang kebingungan lantas bertanya kepada Bella seraya menyodorkan ponselku.

"Bel, Rizky kenapa dah?"

Bella yang membelalak langsung menyambar ponselku cepat, "Anjir gak jelas banget ini orang."

Cantika yang mendengarnya langsung menggeser posisi, "Kenapa?"

Ponselku terpaksa harus digilir dalam lingkaran tempat duduk ini karena ternyata semua orang penasaran dengan apa yang tengah terjadi.

"Gue balas ya, Kei," sahut Bella tanpa sempat menunggu jawaban dariku. Ia hanya mengetikkan dua huruf di sana.

Keira: Ga

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang