we hadn't met today [part 3]

24 5 7
                                    

"G-Gue mau balik."

"Serius?"

"Iya."

"Bentar lagi, gimana?" Saat menoleh, rautnya aku temukan sedikit memohon seolah bisa menatap pemandangan malam seperti ini adalah hal yang berarti.

Aku yang semula hendak beranjak berdiri lantas kembali duduk pada posisiku.

"Oke. Bentar lagi deh," ucapku mengalah.

Saat melihat ada gurat senang diwajahnya setelah mendengar balasanku, aku pun lantas bertanya penasaran, "Lo suka banget ya?"

"Iya. Dah lama gue gak kayak gini. Suka." Ia balas menatapku dengan seulas senyum tipis.

"Udah lama gak lihat langit malam?" Tanyaku polos.

Namun ia justru terlihat seperti orang bingung akibat salah paham, "O-Oh, iya. Bagus soalnya."

Aku mengangguk-angguk setuju, "Bener."

Tak lama kemudian ia menambahkan, "Cuma minus karena ramai aja sih."

"Lo gak bisa kalau berisik dikit ya?" Tanyaku penasaran.

"Mungkin."

"Pas SMA ikut ekskul gak?"

"Ikut."

"Apa?"

"Sport."

Tidak heran jika tubuhnya terlihat proporsional.

"Pernah nonton konser?" Tanyaku lagi.

Ah, aku benar-benar gemas dengan gayanya yang antisosial itu.

"Gak."

"Pensi sekolah?"

"Bentar doang."

"Bentar tuh ngapain? Nonton?"

"Tampil."

Aku membelalak tak percaya, "Hah? Serius? Tampil apa?"

"Ganti pernyataan lain."

Aku yang berdecak kesal refleks mengalihkan pandang ke arah lain. Dan di waktu yang bersamaan, tiba-tiba saja aku teringat dengan pertanyaanku dulu yang belum sempat ia jawab.

"Oke kalau gitu, gue mau tanya. Kenapa lo bohong soal lo yang masih ada di kampus waktu Adam samperin gue?"

Padahal aku tidak terlalu serius ketika mempertanyakannya. Tapi begitu mendengarnya, Kai justru termenung selama beberapa saat.

"Gue tampil nge-band sama beberapa temen sekelas. Gue bagian nyanyi."

Namun ia justru membalas pertanyaanku sebelumnya yang bahkan sempat ia tolak untuk dijawab. Tentu hal itu membuatku semakin penasaran akan alasan dibalik ia mengabaikan pertanyaanku itu.

Aku mengerutkan kening, "Kenapa sih? Lo menghindar pertanyaan itu banget?"

"Pulang yuk, udah malam. Makin ramai juga."

Dan lagi-lagi ia mengalihkan pembicaraan.

"Gak. Gue gak akan pulang sebelum lo cerita," sahutku.

Kai sempat menatapku sekilas.

"Yaudah."

Tapi ia tetap bangkit seolah ancamanku tidak terlalu berarti baginya. Sungguh kesal tapi lucu juga jika diperhatikan. Yah, mau bagaimanapun Kai bukan sosok pangeran di cerita dongeng yang mudah luluh dengan permintaan seorang wanita.

Namun dengan gesit aku langsung menarik ujung celananya erat, memintanya untuk tetap tinggal.

"Jangan balik dulu."

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang