you didn't delete my comment

20 7 3
                                    

Kejadian perihal aku yang berbicara dengan Kak Ace di art gallery kemarin tentu membuat hubungan kami menjadi canggung seketika. Dan sepertinya baik aku dan dirinya pun tidak pernah menyangka jika harus dipertemukan kembali dalam waktu secepat ini. Esok harinya, ketika ia yang berniat pergi ke ruang sekre himpunan seni rupa justru tidak sengaja bertatapan denganku dari kejauhan saat aku sendiri tengah duduk sebelahan dengan Cantika di taman fakultas.

Aku sempat terpaku sesaat, membuat Cantika yang menemukan kejanggalan refleks menoleh ke sekitar. Dan dua detik setelahnya, ia dengan wajah ceria langsung menyapa Kak Ace secara terang-terangan.

"Kak!"

Panggilan itu tentu membuat Kak Ace buru-buru memasang senyum ramah dan berjalan menghampiri.

"Halo. Kalian ngapain di sini?" Tanya Kak Ace saat sudah tiba di hadapan kami.

"Nungguin si Bella sama yang lain, soalnya kita mau foto bareng," jelas Cantika. Sedangkan aku dengan raut kaku hanya terus mengalihkan pandang tanpa ada niatan menjawab.

"Kakak mau kemana emangnya?"

"Mau ke sekre himpunan nih, ada urusan."

"Oh, iya katanya kakak jadi kandidat kahim selanjutnya ya?" Tanya Cantika bersemangat.

Kak Ace yang tersipu hanya terkekeh, "Bisa jadi, doain aja ya."

"Kenapa gak di BEM aja Kak?"

Itu adalah pertanyaan yang dulu pernah aku sampaikan kepadanya.

"Merasa himpunan lebih butuhin aku sih."

Dan jawaban serta ambisinya pun masih terdengar sama.

"Oalah gitu, aku pikir kakak bakal di BEM."

"Hahaha enggak."

Ketika Cantika menoleh dan memergogiku hanya terus diam tanpa ikut berbincang lantas membuatnya bertanya-tanya.

"Lo kenapa diem aja Kei?"

Aku yang tersadar dari lamunan lantas mendongak, "Hah? Apa?"

"Ngelamun ya lo? Kenapa?"

Semula aku terus diam di posisi, sibuk memutar otak harus beralasan seperti apa. Hingga tiba-tiba saja tubuh Kak Ace aku temukan sudah sedikit merunduk dengan punggung tangannya yang ia sodorkan menyentuh keningku yang tidak demam sama sekali.

"Kamu sakit?"

Aku yang terkejut langsung buru-buru menghindar dengan bola mata refleks membulat.

"E-Enggak," balasku tercekat.

Kak Ace yang menyadari gelagat tak nyaman itu lantas buru-buru menarik tangannya. Sedangkan Cantika yang semula keheranan memperhatikan kejadian itu, harus teralihkan pada detik berikutnya akibat sebuah panggilan yang masuk.

"Halo? Kenapa, Bel?"

Kemudian obrolan antara Cantika dan Bella melalui panggilan telpon pun terjalin singkat. Setiap balasan darinya secara otomatis mengisi kekosongan di antara kami bertiga yang mendadak dilingkupi suasana canggung.

Setelah panggilan berakhir, Cantika langsung beranjak dari posisinya seraya memasukkan ponsel ke dalam saku.

"Eh, bentar ya Kei. Komting gue lagi bagiin name tag di kelas. Mau gue ambil dulu soalnya besok udah harus dipakai," ucapnya seraya menggendong tas ranselnya.

Sungguh sebenarnnya aku enggan, tapi tidak mungkin aku bersikap aneh lagi kali ini dihadapan keduanya. Pasti akan semakin menimbulkan kecurigaan terhadap aku dan Kak Ace dimata Cantika yang tidak tahu apa-apa.

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang