you didn't call my name

60 14 0
                                    

Pagi ini, di hari ketiga masa orientasi mahasiswa baru, Kak Dina menunjuk beberapa orang untuk maju ke depan kelas untuk menjelaskan alasan dibalik jurusan yang mereka pilih. Awalnya semua berjalan seperti biasa. Ada satu dua yang menjelaskan bahwa jurusan itulah yang mereka incar sejak awal sekolah. Lalu sebagian mengatakan bahwa jurusan dipilih sesuai dengan passion mereka. Namun ada juga segelintir anak yang menjadikan jurusan mereka pilihan kedua, secara terus terang mengatakan apabila mereka terpaksa menjalaninya. Tapi aku juga bertanya-tanya orang bodoh mana yang menyesal diterima di universitas sebagus ini?

Namun suasana berubah kalut saat seseorang bernama Rita menceritakan alasannya. Almarhum ayahnya, yang mengidap penyakit kanker sejak ia SMA, sangat berharap supaya anaknya bisa masuk ke jurusan desain interior. Hingga sehari setelah pengumuman kelolosan SBMPTN, kabar duka menyelubungi keluarga Rita. Seolah ayahnya rela menahan rasa sakit bertahun-tahun demi melihat kabar baik dari anak gadisnya.

Selama menjelaskan, suaranya bergetar dan berujung terisak setelah beberapa kalimat penutup yang terlontar. Para kakak pembimbing seperti Kak Julia, Kak Helen, Kak Silvia, dan Kak Dina memeluk dan mengusap kepala anak itu penuh rasa simpati. Kak Ryan yang berdiri di samping Kak Dina berusaha mengkondisikan ruangan yang menjadi sedikit berisik, dari gelagatnya ia terlihat bingung harus memperlakukan Rita seperti apa. Kak Dimas sebelumnya sempat ijin bahwa ia sedang mengurus sesuatu di ruang BEM.

Sedangkan Kak Ace, dia...

"Kamu gakpapa?"

Ia langsung berjongkok di hadapan Rita setelah gadis itu diminta untuk duduk di kursi. Padahal sebelumnya ia tengah berdiri di pojok belakang ruangan, tengah mendokumentasikan sesuatu. Sungguh gerakan yang sangat gesit.

Rita tak menjawab. Ia menutupi wajahnya kedua kedua tangannya seraya terisak kencang. Para kakak pembimbing perempuan berusaha menenangkannya dengan lembut. Disaat yang bersamaan, Kak Dimas memasuki ruang. Dan mendapati suasanya yang berubah canggung membuatnya berdiri di samping Kak Ryan dengan raut bingung.

Sedangkan Kak Ace langsung bangkit dari posisinya. Kemudian mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan. Sorot cemasnya seolah memberi kode bahwa ia membutuhkan sesuatu.

"Ada yang punya tisu?"

Ia bertanya dengan beberapa anak yang duduk dibarisan depan. Sedangkan aku yang berada di barisan belakang langsung paham berkat bisikan rusuh oleh beberapa perempuan yang panik. Aku lantas merogoh ke kantong seragamku untuk mengambil sebuah tisu pocket. Ku angkat tinggi-tinggi benda itu membuat sosok pria itu langsung menoleh ke arahku.

"Lempar." Begitu katanya.

Aku pun melakukan hal yang ia minta. Dan ia menangkapnya dengan sangat baik.

Tanpa basa-basi lagi, ia langsung mengeluarkan selembar tisu dan menyerahkannya kepada Rita. Perempuan itu menerimanya dengan ragu-ragu, lalu mengusap wajahnya yang dibanjiri air mata. Disaat Kak Helen dan lainnya merangkul gadis itu dan memberikan kata-kata penyemangat, Kak Ace justru terus mengamatinya dari samping dengan penuh empati. Bahkan ia sempat memberikan dua tepukkan lembut dipundak saat Rita sudah merasa baikan.

Kini aku paham. Dari cara ia merespon kejadian tersebut, Kak Ace hanyalah seorang pria yang baik kepada semua orang. Dibandingkan dengan kedua senior laki-laki lainnya yang terlihat bingung dan tak tahu harus melakukan apa, Kak Ace jauh terlihat keren dengan segala ketulusannya.

Dan aku rasa, aku telah mendapat kesimpulan yang tepat. Yang mana seharusnya aku tak perlu memasukkan segala sikap manisnya ke dalam hati.

"Keira."

Panggil seseorang yang membuat langkahku terhenti. Ketika berbalik, ku temukan sosok Kak Ace tengah membawa sekotak nasi untuk makan siang. Memang tidak ada yang aneh dengan cara ia memanggilku. Tapi aku bertanya-tanya darimanakah ia bisa langsung mengetahui namaku padahal kita saja belum pernah berkenalan. Disisi lain juga banyak siswa perempuan yang jauh lebih aktif bertanya dibandingkan diriku yang tak layak dihafalkan.

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang