i could stop hoping

24 6 6
                                    

"Jadi dia sengaja bikin pengumuman palsu supaya laboratoriumnya sepi?" Tanya Salsa tak percaya.

Aku yang baru selesai menjelaskan kisahku dengan Kai dengan ketiga temanku lantas mengangguk.

"Dia dihukum gak?" Tanya Camilla.

Aku mengendikkan bahu, "Gak tau, setiap gue tanya langsung menghindar. Kan gue jadi tambah gak enak ya."

"Ya kesannya lo jadi kayak berhutang gitu ke dia."

"Berhutang?"

"Bayarin dia makan siang gitu Kei sambil bilang sorry buat kejadian kemarin."

"Apa gitu aja ya?"

"Iya, mau gimana lagi. Mana lo tadi cerita sering di anter dia balik gak sih?"

Aku mengangguk, "Beberapa hari ini."

"Wah, keren banget lo baru beberapa minggu kuliah udah kepincut banyak cowok aja," sahut Lisa.

"Kepincut apanya coba."

"Tapi yang ini kayaknya lebih bener dari sebelumnya sih, Kei."

Mereka pun juga telah aku jelaskan secara singkat terkait Kak Ace yang meninggalkan tanpa kejelasan, juga beberapa spekulasi yang aku dapatkan.

"Iya, walaupun malu-malu gitu anaknya tapi yang penting track record-nya gak mencurigakan," ucap Lisa.

"Track record gak tuh." Salsa tergelak.

Aku yang merasa kurang yakin lantas sedikit merunduk, "T-Tapi gue gak terlalu yakin kalau dia gitu."

"Gitu apa? Maksudnya lo mikir dia gak suka lo?"

"Iya."

Lisa menghela napas, "Duh, bocah SD jaman now aja paham kali Kei, kalau udah rela sampai diajak ke sana ke mari tandanya dia beneran suka sama lo."

"Tapi perlakuannya tergolong baik yang wajar gitu loh, masih bisa dianggap kalau dia bersikap kayak gitu karena mau berteman dekat aja," dalihku.

"Mana ada baik mau berteman tapi sampai rela temenin lo dari belakang waktu pulang malem naik ojol," sahut Camilla.

"Bener, mana habis itu ngajak ke perbukitan deket perumahan lo," tambah Salsa.

Aku tersenyum getir begitu teringat sesuatu, "Gue dulu juga pernah diajakin ke tempat kayak gitu tapi ujung-ujungnya juga gak berhasil."

"Hah? Kapan?"

Karena tidak aku ceritakan kisahku dengan Kak Ace secara mendetail, alhasil mereka pun kebingungan. Bagiku itu adalah aib memalukan yang tidak pantas diumbar.

"I-Intinya gue gak mau keegeran dulu deh sampai semuanya bener-bener jelas. Selama sikapnya normal, gue anggap dia cuma mau berteman aja."

Lisa mendengus, "Coba deh lo pikirin, kalau ternyata dia emang tulus sama lo, tapi ternyata lo sibuk nutup hati. Yang rugi siapa coba?"

"Iya, Kei. Trauma boleh, tapi jangan berlarut-larut."

Apakah benar begitu? Apakah tidak masalah bagiku kini untuk kembali membuka hati? Apakah tidak apa-apa jika memutuskan untuk membangun lagi rasa percaya terhadap perasaan sendiri?

"I-Iya sih. Tapi masa sikap-sikap kayak gitu tandanya suka?"

"Iya! Gue yakin dia suka lo!" Mereka berusaha meyakinkanku.

Dan apakah benar jika kesimpulan dari gelagat Kai selama ini adalah rasa suka padaku?

"Lihat aja sampai lo ketemu dia lagi hari ini. Kalau dia datengin lo duluan, langsung gas aja, Kei!"

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang