i knew that you never liked me from the start

15 4 5
                                    

Pada sore hari menjelang malam, aku lantas berangkat dari kos Lisa menuju ke apartement Kak Ace menggunakan ojek online. Semula aku hendak merogoh kantung tas untuk mengambil key card begitu di depan pintu kamarnya. Namun ketika sadar jika itu adalah tindakan bodoh lantas membuatku menghentikan pergerakan. Lalu aku pun memutuskan untuk mengetuk pintunya saja, dan menunggu selama beberapa detik hingga dibukakan dari dalam.

Kak Ace yang sudah siap dengan pakaian rapi muncul dengan senyuman hangatnya.

"Hai, mau masuk dulu? Aku masih packing pakaian, bakal bentar aja kok."

Aku lantas mengangguk tanpa berpikir panjang lagi, "Oke, gakpapa Kak."

Namun aku sendiri sedikit keheranan dengan yang ia maksud dengan 'packing pakaian'. Apakah itu tandanya ia hendak bersiap untuk pergi? Tapi kemana? Maka dari itu aku lantas menanyakan hal tersebut ketika sudah melangkah memasuki apartement Kak Ace.

"Emangnya kakak mau kemana? Kok packing pakaian segala."

"Mau pergi."

Aku awalnya mengira bahwa itu hanya ucapan iseng saja. Hingga melihat sebuah koper besar tengah terbuka dengan beragam pakaian tertumpuk penuh di sana, membuatku terpaku sesaat.

"P-Pergi kemana?" Tanyaku seraya beringsut mendekat setelah terdiam di tempat selama beberapa detik.

"Pulang kampung dong. Adik dan Mama pasti kangen aku."

Tapi bukannya baru kemarin ya ia bertengkar hebat dengan kakaknya?

"T-Tapi emangnya—"

"Aku udah baikan sama Ava kok. Semoga aja waktu aku pulang, semuanya bisa diluruskan dengan baik-baik."

Kak Ace melipat beberapa celana panjang yang ada di atas kasurnya dengan raut tenang. Sepertinya hal itulah yang memang benar terjadi diantara Kak Ace dan Ava. 

"Aku gak mau lari lagi, Kei."

Aku mengangguk-angguk paham.

Tapi tiba-tiba aku pun menjadi penasaran, bagaimana bisa? Bukannya Kak Ace mem-block semua akun sosial media Ava?

"Eh, Kei, minta tolong ambilin tas yang ada di atas sofa dong, buat wadah peralatan lukis aku," pintanya yang tengah sibuk dengan beberapa pakaian yang ia tengah keluarkan dari dalam lemari.

Aku lantas melakukan hal yang dia minta. Mengambilkan sebuah tas jinjing berwarna hitam kepadanya.

"Makasih ya."

Setelah itu Kak Ace langsung membawa tas tersebut menuju ke ruang kerjanya. Aku yang sedari tadi sibuk mengikuti langkahnya hanya bisa memperhatikan dari belakang. 

"Jadi, kakak bakal pulang kampung kapan?" Tanyaku seraya menyaksikan jemarinya yang sibuk memasukkan kuas ke dalam salah satu dompet khusus miliknya.

"Besok. Besok sore aku berangkat."

Lalu ia menghembuskan napas panjang setelah berhasil mengangkat beberapa tumpuk sketchbook-nya yang tebal dari balik salah satu laci di meja.

"Ah, gitu. Sampai kapan Kak?"

"Minggu balik kok."

"Loh, aku pikir bakal lama sampai semingguan."

"Enggak, bentar doang. Itu aku bawa barang banyak karena mau taruh sebagian pakaian di rumah. Soalnya pas maba aku bawa semua yang ada di lemari buat di bawa ke sini."

Aku mengangguk-angguk paham.

"Karena dulu aku pikir, aku gak akan pernah akan pulang sampai waktunya lulus," tambahnya seraya menyunggingkan senyum getir.

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang