she didn't ask like that

16 5 0
                                    

Keesokan harinya aku dikejutkan dengan pertemuan dua orang tidak terduga secara tidak sengaja.

Pertama, Kak Ace.

Kami berpas-pasan di jalan disaat aku buru-buru hendak masuk kelas pagi. Ia yang sudah memperhatikanku dari kejauhan membuatku mau tak mau lantas menyapanya dengan senyuman canggung. Namun ketika jarak kami sudah semakin dekat, ia dengan gelagat hendak menghentikan langkahku langsung aku hindari.

"Ada kelas pagi?"

"Sorry Kak, lagi buru-buru," ucapku seraya beringsut pergi.

Sedangkan Kak Ace yang sempat terpaku lantas membalasnya saat aku sudah berjalan menjauh, "Hati-hati!"

Tanpa sempat mengindahkannya, aku pun lantas melangkah cepat memasuki ruang kelasku karena waktu sudah lewat lima menit dari jadwal yang seharusnya.

Sedangkan perkataannya itu benar sekali. Seharusnya aku hati-hati sejak awal, terhadapnya.

Kedua, Natalie.

Aku yang masih dalam kondisi krisis kepercayaan diri justru dipertemukan dengan sosok perempuan bermulut pedas itu saat hendak menuju ke toilet perempuan. Ketika ia mendongak dan kami saling bertatapan, aku pikir detik berikutnya ia akan mengeluarkan jurus menyindir andalannya. Alhasil, aku yang sudah terlanjur ngeri langsung menunduk dan melangkah menghindar.

Tapi sungguh diluar perkiraan, Natalie justru melakukan hal yang serupa denganku. Ia membuang muka dan melewatiku dengan langkah cepat. Tidak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya untuk menganggapi kehadiranku.

Aneh. Sungguh berbeda dari kesan terakhirku terhadap dirinya.

Sesaat aku pun kebingungan dan beralih menatap punggungnya yang menjauh. Hingga sedetik kemudian, barulah aku teringat akan ucapannya yang pernah diutakan padaku.

"Kalau lo penasaran, lo bisa main ke kamarnya Ace lagi. Semua bukti ada di situ. Dan kalau lo bingung, gue selalu siap buat menjawab."

Dia selalu siap untuk menjawab.

Bukankah itu bagus?

Meskipun hubunganku dengan Kak Ace yang tak jelas itu sudah berhenti ditengah jalan. Tapi setidaknya aku harus mendapatkan jawaban atas semua pertanyaanku terhadapnya. Aku enggan terus dihantui oleh tanda tanya sepanjang waktu. Tentang Kak Ace dan segala problematikanya. Maka dari itu kedua tungkaiku refleks mengambil langkah ke depan untuk menyusul langkah sosok perempuan dengan rambut ombre kehijauan itu.

"Kak! Kak Natalie!"

Ia menoleh, dan sepertinya menemukan sosokku yang datang menghampiri lantas membuatnya kaget.

"Kenapa?" Tanyanya ketus.

"S-Saya mau tanya sesuatu ke kakak," ucapku saat sudah berhadapan dengan dirinya.

"Gak bisa. Gue sibuk," balasnya tanpa berpikir panjang lagi.

Namun ketika hendak kembali beranjak dari posisinya, aku buru-buru mengutarakan alasan kuat lainnya.

"K-Katanya kalau saya bingung, saya bisa tanya ke kakak. J-Jadi sekarang saya mau tanya, tentang Kak Ace."

Mendengar nama itu disebut membuat gerakannya terhenti, begitu juga dengan samar sedu di sudut matanya kini terlihat makin ketara. Apakah ia baik-baik saja? Ia bukan seperti Natalie yang pernah aku jumpai sebelumnya.

"Sorry, tapi gue udah gak ada minat jelasin."

"T-Tapi kayaknya kita sama, Kak. Saya juga di ghosting—"

Kemudian ia membalikan badannya secara tiba-tiba dan menatapku tajam, "Gue gak dighosting," sahutnya kesal.

Aku dengan nyali ciut lantas menunduk, "Ohiya ya, Kak. S-Sorry."

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang