the cockroach didn't appear

31 6 0
                                    

"Mau makan es krimnya?"

"Boleh."

Setelah aku mengatakan itu, ia langsung beranjak dari sofa untuk mengambil dua bungkus es krim dimana yang satunya adalah milikku.

"Nih." Ia menyodorkan sebuah es krim cone rasa strawberry dan langsung ku terima.

"Makasih Kak."

"Harusnya aku yang bilang makasih." Kemudian ia menunjuk meja kerjanya. "Udah jauh lebih mendingan karena kamu."

"Yaampun sebenarnya kakak kalau kerjain sendiri juga bisa kok."

"Iya tapi gak sempet tau, Kei."

"Ih, bilang aja males."

"Tapi ada temenku yang lebih jorok dari aku. Serius! Namanya Raihan."

"Percuma kali kakak sebut namanya, aku juga gak bakal kenal."

"Ya, siapa tau gitu, kamu ketemu dia di event apa gimana—" Ia yang semula sibuk menikmati es krim coklatnya mendadak berhenti mengunyah dengan raut seolah tengah berpikir. "Eh, wait, apa kamu mau join sama aku?"

Aku menjilat es krim seraya menatapnya heran, "Join apa Kak?"

"Ke Jogja."

Pada detik yang bersamaan aku berhenti menggigit pinggiran cone yang ku bawa, "Hah?"

"Jadi aku punya relasi, namanya Bang Erik, dia alumni prodi seni rupa Unpelya, dan mau adain art exhibition di Jogja hari minggu besok."

Mendadak otakku berhenti bekerja selama sedetik, "T-Tunggu, maksud kakak Erik Hardy?"

"Iya."

"Yang lukisan abstraknya terjual 5 miliar bulan Mei lalu?"

Kak Ace mengangguk girang, "Iya!"

"Wow! A-Aku bener-bener gak habis pikir, lukisannya emang keren banget! Ya walaupun aku gak terlalu paham sama jenis-jenis lukisan tapi, entah kenapa detilnya tuh bikin aku merinding aja gitu."

Kak Ace menjentikkan jari, "Aku paham kok, tenang aja, kamu gak sendiri. Bahkan aku juga selalu tersentuh sama setiap karyanya dia."

"Nah, iya kan! Bahkan mamaku yang gak paham seni juga merasa kalau lukisannya keren-keren banget. Tapi ... kenapa orang sesukses dia malah bikin pameran di dalam negeri? Bukannya yang beli kalau gak salah CEO perusahaan minyak di Kanada ya?"

"Jadi sebenarnya pameran minggu besok itu collab antara Bang Erik sama Bang David, dua-duanya alumni seri rupa Unpelya, dan udah ada rencana dari tahun lalu. Tapi baru bisa terlaksana di bulan ini."

"Wah, keren banget. Aku gak bisa bayangin bakal sesukses apa pamerannya besok."

Kak Ace mengangguk setuju, "Jadi? Gimana? Mau ikut aku?"

Rasanya ingin sekali mengangguk dan mengucap 'iya'. Tapi memikirkan respon kedua orang tuaku terhadap hal tersebut, membuatku langsung ragu. Aku yang pergi ke daerah dalam kota saja sudah berhasil menggegerkan banyak pihak, apalagi jika harus keluar kota.

Dengan setengah hati, aku pun menggeleng pelan, "Kayaknya enggak dulu deh. Kakak tau sendiri kan ayah aku ribet gitu."

"Mungkin kamu bisa tanya dulu. Lagian ini ramean kok, temen-temenku pada mau bareng berangkat ke sana, naik kereta. Ada Ruben, Raihan, Felix, Eliza, sama Gabi."

Ia meletakkan sampah bungkus es krimnya ke dalam plastik. Padahal aku yang lebih dahulu menyantap bagianku, tapi kenapa ia bisa secepat itu menyelesaikan bagiannya?

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang