i could hate him

12 4 1
                                    

Sekarang adalah penentuan dari segalanya.

Aku mengambil benda pipih yang tak lain merupakan key card yang Ann sempat berikan kepadaku sebelumnya. Aku tempelkan salah satu sisinya pada kontak sensor pintu kamar apartement Kak Ace. Tubuhku terus gugup saat detik-detik menantikan respon dari mesin itu.

Hingga suara kunci terbuka ditambah dengan suara 'pip pip' tanda bahwa kartu tersebut berfungsi membuatku sontak tercekat.

Aku membeku di tempat selama sepersekian detik. Tak menyangka jika sesuatu yang berusaha aku tepis ternyata malah terus menunjukkan bukti-bukti yang nyata.

Dengan langkah berhati-hati, aku mulai memasuki ruangan, mengedarkan pandangan ke segala penjuru apartement seraya bertanya-tanya.

"Kak Ace?"

Pasalnya orang yang aku cari tidak ada di tempat. Maka aku pun menjadi termenung di tempat, hingga sekelibat ingatan tentang perkataan Natalie tidak lama ini membuatku tersadar.

"Kalau lo penasaran, lo bisa main ke kamarnya Ace lagi. Semua bukti ada di situ."

Mengingatnya lantas membuatku menaikkan pandangan. Dan sorot mata yang menyisir ini lantas berakhir pada area meja kerja dimana Kak Ace menyimpan semua karyanya di sana. Tanpa pikir panjang, aku bergegas mengutak-atik semua barang yang ada di sana. Berusaha mencari ke tiap celah rak, canvas, hingga tiap buku yang tertata rapi. Namun yang aku temukan hanyalah coretan tangan Kak Ace yang tidak mencurigakan.

Aku yang berkutat hampir 15 menit di tempat sempat hampir merasa menyerah. Sampai ketidaksengajaanku menyenggol rak yang menyebabkan beberapa buku terjatuh ternyata membuahkan hasil. Semula aku sibuk memunguti semua yang terjatuh dan meletakkannya kembali ke tempat asalnya. Kebanyakan buku itu adalah novel self-healing yang merupakan topik bacaan favorit Kak Ace. Namun melihat satu buku yang terlihat berbeda dari yang lain lantas membuatku tercenung. Judulnya adalah 'All About Yves' dan yang aku ketahui itu merupakan buku tentang fashion mode, karena kebetulan sepupuku dengan jurusan fashion designer memiliki buku serupa di kamarnya.

Dan aku tidak pernah menyangka jika Kak Ace pernah tertarik dalam bidang fashion.

Sampai kedua mata yang jeli ini berhasil menemukan sesuatu janggal. Ada sudut kecil sebuah kertas dengan ketebalan berbeda mencuat dari salah satu halaman. Aku yang penasaran lantas membuka halaman tersebut dan mendapati selembar kertas lukis terselip di sana.

Dua detik berikutnya, tubuhku menegang, kedua mataku membulat terkejut.

Lukisan yang aku temukan merupakan lukisan katak berwarna hijau. Terlihat sederhana dan seolah pengerjaannya terburu-buru. Dan begitu melihat sisi baliknya, seolah disengat ribuan volt listrik, aku terkesiap tak percaya. Terdapat tulisan serupa seperti yang aku temukan pada belakang canvas lukisan burung di art gallery. Namun karya ini tidak tertulis nama Ann, melainkan sosok bernama 'Nat'. Atau bisa dikatakan bahwa lukisan ini dibuat untuk Natalie.

Nat
5/5/22
AcePic

Belum sempat aku berpikir lebih lanjut terkait lukisan itu, tiba-tiba saja suara kotak sensor yang ditekan beberapa kali bagian tombolnya membuatku bergegas memasukkan kertas karya itu ke dalam totebag. Tepat pada saat pintu ruangan terbuka, aku buru-buru merapikan buku lainnya ke dalam rak.

"Kamu ngapain di sini?"

Kak Ace berhasil memergoki bertepatan saat tubuhku tengah beranjak dari posisi berjongkok menjadi berdiri. Seolah tertangkap basah, aku dengan wajah kaku hanya mengucapkan sesuatu yang terlintas dipikiranku.

"K-Kecoa."

Kak Ace mengerutkan kening, bingung.

"T-Tadi ada kecoa, makanya tadi aku kejar, Kak."

if only,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang