[41] Stain

729 106 59
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😗😙😚😘

Author's POV

Paola meloncat turun dari dalam Taksi, dengan cepat Ia berlari masuk kedalam gedung Riese Company dan melihat jam tangannya, menunjukkan pukul delapan lewat lima belas dan Ia sudah telat lima belas menit! Jantung Paola berpacu sangat cepat, mengikuti gerakan kakinya yang berlari dengan kencang untuk mencapai meja resepsionis.

"Ya Tuhan!" lirih Paola panik, Ia dengan cepat mengarahkan kartu karyawannya pada alat scan dan namanya langsung terabsen didata. Dengan cepat Ia berlari menuju ke lantai dua puluh lima tempat diadakannya rapat pagi ini, Ia segera masuk kedalam ruangan besar tersebut dan terdiam melihat Harry sedang berpresentasi didepan.

Semua pandangan mata menuju padanya, Paola yakin wajahnya terlihat sangat bodoh dan memalukan, Ia melangkah masuk dengan ringisan kecil. "Maafkan Aku, Manchester sedikit macet senin pagi ini," ujar Paola dan Ia mendongak pada Harry, jelas Ia melihat wajah murka Harry dengan rahang yang mengeras, habis Paola hari ini.

"Telat kedua mu, silahkan keluar, Kami tidak membutuhkanmu lagi dalam rapat ini," ujar Harry dengan dingin dan Paola rasanya ingin pingsan ditempat.

"Tapi, Har--- Mr. Styles, kumohon kali ini saja, ini akan menjadi terlambat terakhirku!" ujar Paola memohon.

"Tidak, keluarlah, Ms. Castello," ujar Harry, mengalihkan pandangannya pada Paola dan kembali ingin berpresentasi mengenai proyek baru mereka dan berbagai macam kebutuhan logistik tambahan yang dibutuhkan untuk proyek yang cukup besar ini.

"Tapi, Aku harus meng---"

Harry menatapnya tajam, "Keluar! Kurasa Kau tau dimana pintu keluar, Aku yakin Aku tidak perlu memanggil security untuk membawamu keluar!" ujar Harry dengan tegas, terselip nada marah dan Paola tersentak kaget mendengar suara menggelegar tersebut.

Paola terdiam lalu Ia melirik orang-orang lainnya yang ada di ruangan ini, menatapnya dengan tatapan prihatin, terutama Ella dan Moana yang benar-benar ingin memeluknya sekarang. Paola menghela napasnya lalu mengangguk, mundur beberapa langkah, "Maafkan Aku," cicitnya, menahan air matanya dan menutup pintu besar tersebut lalu berbalik.

Ia tidak bisa menahan isakkannya, Ia pikir hampir tiga bulan tinggal bersama Harry dan bertemu pria itu setiap hari, sudah membuatnya kebal dengan bentakan pria tersebut, ternyata tidak juga. Ia masih sangat lemah dan mudah goyah saat dibentak oleh Harry, buktinya sekarang Ia tidak bisa menahan isakkannya dan berlari menuju toilet yang ada di lantai dua puluh lima tersebut.

Paola menatap wajahnya di cermin, isakkannya belum berhenti dan Ia mencari-cari tisu yang ada didalam tasnya, segera Ia mengeringkan air mata dari wajahnya yang sudah Ia rias dan menatap cermin dengan cemberut di bibirnya.

"Seharusnya Kau tidak perlu menangis karena bentakan pria tengik itu," ujar Paola pada dirinya sendiri, Ia mendengus kesal namun tiba-tiba Ia kembali menangis dan terisak. "Dasar jahat!" teriaknya, membayangkan wajah Harry membuatnya sangat muak. "Lihat saja Aku akan kembali menjadi robot," gumamnya kesal.

Ia terisak walaupun air matanya sudah berhenti, rasanya Ia ingin mengacak dan meremas wajah tampan majikannya tersebut. Ia tau Ia salah karena telah terlambat pagi ini, namun Ia sangat kesal akan bentakan kasarnya, apalagi Harry membentaknya didepan seluruh karyawan logistik dan beberapa karyawan bagian lainnya.

Paola mendengus kesal, mengambil botol minumnya dan meminumnya, berharap isakkannya mereda namun masih sama saja. Air matanya sudah berhenti namun dadanya masih naik turun, mengeluarkan suara isakkan yang membuatnya ingin memukul dadanya.

Paola menatap wajahnya, memutuskan untuk menyempurnakan riasannya pagi ini, karena tadi Ia terburu-buru dan menangis saat sampai di gedung ini, membuatnya harus kembali merapikan make up nya pagi ini. Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit lagi sebelum Ia kembali ke ruangannya karena rapat masih berlangsung hingga tiga puluh menit lagi.

Amour [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang