[103] Past Life

622 85 27
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😚😗😙😘

Author's POV

Paola tersentak merasakan Harry mendekap tubuhnya dengan sangat erat, pertama kalinya Ia melihat Harry serapuh dan menunjukkan ekspresi menyesalnya seperti ini. Bertahun-tahun mengenal Harry, yang Ia lihat hanyalah arogansi, kekuatan, tanpa ekspresi, dan segala hal yang membuat Paola mengira pria di sampingnya ini tidak memiliki perasaan kasih dan sayang seperti manusia lainnya. Namun malam ini, Harry benar-benar berbeda.

Harry bercerita, Ia menceritakan tentang hidupnya yang selalu Ia tutupi dari Paola, walaupun sudah satu tahun mereka tinggal bersama dulu. Malam ini, Harry mengeluarkan semua emosi nya termasuk kesedihan yang Ia alami, tidak pernah Paola melihat emosi tersebut keluar dari Harry. Yang selama ini Ia tunjukan hanyalah kemarahan, kebahagiaan, atau emosi disaat mereka hendak melakukan aktivitas ranjang.

Paola's POV

Aku membalas pelukan Harry, mengusap kepala Harry dan tersenyum kecil. "Aku mengerti. Aku memaafkan mu dan Kau hanya perlu untuk tidak melakukan hal itu lagi," ujarku dan Aku bisa merasakan Harry mengangguk kecil.

"Aku minta maaf karena selalu menjadi pria arogan, maafkan Aku karena Aku tidak pernah menghargai mu dulu, Aku minta maaf karena mungkin Aku selalu menyakiti hatimu dengan ucapan atau perlakuan ku. Aku hanya ingin member tahu padamu, jika Aku benar-benar menyesal. Dua tahun berpisah dengan mu ternyata tidak terlalu menyenangkan, bahkan sangat menyedihkan," bisik Harry dan Aku tersenyum.

Aku senang Ia menyesal, Aku bersyukur akhirnya Ia bisa sadar. Aku tau waktu ini akan datang, mungkin Aku memang tidak berhasil mengubahnya menjadi lebih baik dulu, namun waktu bisa melakukannya, waktu lah yang membuat Harry akhirnya sadar akan apa yang pernah Ia lakukan dulu. "Aku minta maaf karena tidak pernah menganggapmu sebagai wanita seutuhnya. Aku hanya ingin memberi tahu mu jika Kau menakjubkan, Paola."

Aku memeluknya semakin erat, menarik wajahnya dan melihat wajah pria ini memerah dengan ekspresi menyesal yang mendalam. Dahinya berkerut dan Aku tersenyum, Aku mengecup dahinya dalam dan terkekeh kecil. "Sejujurnya aneh mendengar mu menyesal dan meminta maaf seperti ini. Tapi ini sangat bagus dan Aku senang. Terima kasih telah berubah menjadi lebih baik," bisikku sambil menyengir.

Kecupan tidak bisa Aku hindari, Aku mengecup ringan bibirnya dan ekspresi yang ku dapatkan adalah ekspresi terkejut dari Harry. Bola matanya membulat dan matanya menyiratkan kesenangan, "Lagi---"

"Tidak mau," ujarku cepat dan tegas. Dasar bajingan menyebalkan ini, di kasih jantung, minta hati. Padahal kecupan tadi hanya untuk menenangkannya, Ia malah ketagihan.

Harry menghela napas dan melepaskan pelukan kami, "Apakah Kau akan meninggalkan ku karena Aku bukan anak kandung Mom dan Dad ku?" tanya Harry dan Aku menoleh padanya.

"Meninggalkan mu karena apa? Hanya karena Kau bukan anak biologis Eva dan Arthur?" tanyaku mengulang pertanyaannya dan Harry mengangguk. "Aku ingin bersama mu karena kau Harry, karena dirimu. Bukan karena kau anak siapa," ujarku.

Tapi memang benar, Aku tidak peduli Harry anak siapa, dirinya menjadi dirinya, itulah yang Aku sukai. Bukan karena Ia adalah anak kandung dari seorang kriminal atau karena Ia adalah anak angkat dari orang kaya. "Jika Aku meninggalkan mu karena Kau adalah anak seorang narapidana, lalu Aku adalah apa? Kita berdua adalah anak seorang pria yang mendekam di penjara kan?" bisikku dengan suara tercekat.

"Setidaknya ayahmu lebih baik daripada ayahku," ujar Harry dan Aku terkekeh akan ucapannya.

"My father killed my Mother, when she was pregnant with me," bisikku dengan air mata yang menumpuk di pelupuk mataku.

Amour [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang