Amour [H.S]

[80] Drunk

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😙😘😗😚

Author's POV

Tengah malam, Paola menghabiskan waktunya untuk membereskan barang-barangnya. Memasukkannya kedalam koper dan merapikan kamar, sedangkan Harry pergi entah kemana sejak pertengkaran mereka tadi. Ia memasukkan segala macam barang miliknya dengan air mata yang tidak kunjung surut, Ia membenci Harry karena pria itu benar-benar membuatnya sakit hati, namun rasa cinta yang Ia rasakan untuk pria itu tentu saja tidak dapat di abaikan begitu saja. Hal itu semakin membuatnya sulit untuk berpisah dengan Harry. Pagi hingga malam biasanya mereka bertemu, mulai dari bangun tidur, sarapan, bekerja, pulang kerja, mandi bersama, makan malam bersama, hingga ingin tidur, hampir setahun mereka lakukan semuanya berdua.

Namun karena kejadian beberapa minggu yang lalu membuat semuanya berubah, Ia sangat merindukan Harry. Ia menyesal telah mempertemukan Harry dan Ralph di waktu yang sangat tidak tepat, itu membuat Harry benar-benar marah dan murka akan dirinya hingga masalah berujung seperti ini. Mau tidak mau, Ia harus meninggalkan Harry disini, yang mana ini adalah permintaannya tadi pada pria tersebut. Tidak mungkin Ia membatalkan permintaannya untuk lepas dari pria itu kan? Mau di letakkan dimana harga dirinya yang sudah teronggok itu?

Paola akan meninggalkan Penthouse ini tentu saja, juga Ia akan meninggalkan Apartemen yang diberikan Harry untuknya sejak Ia pertama kali ditebus oleh Harry. Mengembalikan sertifikat Apartemen agar Harry dapat dengan mudah membalik nama Apartemen itu dari kepemilikan Paola, Paola sudah menyiapkan surat pemindahan kepemilikan dan menandatanganinya.

Harry sudah mengatakan jika semua bentuk pemberiannya pada Paola tidak perlu dikembalikan, namun untuk hal sebesar Apartemen, rasanya itu wajib Paola kembalikan. Namun untuk baju, riasan wajahnya atau apapun yang pernah Harry belikan, Ia akan membawanya karena Ia sendiri lupa mana yang Ia beli menggunakan uangnya sendiri dan mana yang dibelikan oleh Harry.

Lagi pula seharusnya Paola sangat senang karena Harry mau melepaskannya tanpa mengembalikan apapun, termasuk uang jutaan poundsterling yang digunakan Harry untuk menebusnya. Ia mengaku sekali jika kehidupannya sangat jauh lebih baik ketimbang sebelum bersama Harry.

Ia mendapatkan tempat tinggal yang terlewat layak, makanan sehat dan bergizi, pakaian yang layak dan indah dengan harga yang terkadang membuat Paola enggan memakainya, fasilitas yang terlewat nyaman dan lengkap, Harry juga memberikannya pendidikan dan pekerjaan yang tidak pernah Paola bayangkan sebelumnya, ditambah uang bulanan yang selalu Harry berikan pada Paola hanya untuk uang jajan wanita itu, yang sampai sekarang Paola simpan karena Ia sendiri bingung ingin membeli apa dengan uang itu, semua kebutuhan dan keinginannya sudah sangat terpenuhi.

Namun, harta benda kekayaan tidaklah cukup bagi Paola. Paola membutuhkan sandaran, Ia membutuhkan seseorang yang bisa menerimanya lebih dari seorang budak atau tebusan. Ia awalnya memang senang akan semua pemberian Harry, namun lama kelamaan Ia jenuh karena ternyata ada satu bagian yang tidak terpenuhi oleh pria tersebut, yaitu hatinya. Ia juga tidak bisa memaksa Harry untuk membalas perasaan kasih dan cintanya, yang bisa Paola lakukan hanyalah pergi dan meninggalkan Harry, biarkan ini semua menjadi pembelajaran yang sangat besar baginya.

Harry telah menjadi bagian hidupnya yang terpenting dan terbesar, Ia pikir Harry akan menjadi akhir dari kisah cintanya, namun malam ini Ia tau, pria itu hanyalah sepenggal dari fase hidupnya, Harry yang diberikan Tuhan tugas untuk mengajari Paola tentang kesabaran, tentang pengertian, tentang cinta, dan tentang kasih sayang.

Mungkin nanti, ada pria yang dapat menerima Paola seutuhnya tanpa melihat bagaimana masa lalu wanita tersebut. Entah pria dari sudut kota mana, namun Paola yakin Ia akan menemukannya. Seperti kata Harry, pasti ada saja pria yang berjodoh dengan Paola jika mereka sudah tidak lagi bersama.