[73] Fears

516 99 92
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa  😗😘😙😚

Paola's POV

Kemarahan dan amukannya adalah hal yang sudah bisa ku prediksi sebelumnya dan Aku sudah mengantisipasi diriku akan itu. Tentu saja Ia akan marah, pria dengan emosi yang susah untuk di tahan seperti Harry sudah pasti akan meluapkan emosinya setelah ini, apalagi pertemuannya dengan ayah kandung nya beberapa menit yang lalu. Selain marah karena tindakan ku yang sama sekali tidak sopan dan kurang ajar, Aku yakin emosi Harry kembali terpancing karena ayahnya, Aku yakin ada banyak hal yang memang selama ini Ia pendam.

Aku melihat mobilnya, memasuki mobil tersebut dengan hati-hati dan Aku melihat Harry sudah dengan kaca mata hitam bertengger di hidung runcingnya. Ia tidak mengeluarkan perkataan apapun, namun jantung ku hampir lepas karena Ia melaju dengan sangat kencang, benar-benar mengebut hingga Aku hampir terpental jika Aku tidak memakai sabuk pengaman. "The most childish woman I've ever meet," gumamnya dengan emosi yang tertahan, Ia seperti akan menghancurkan ku dengan gigi-giginya. "Konyol."

"Aku tidak. Aku mempertemukan mu dengan ayah kandungmu," ujarku, berusaha tenang karena Aku tau, jika Aku membalasnya dengan emosi yang juga meledak-ledak, Ia akan semakin parah dan tidak terkontrol, Aku tidak menginginkan itu.

"Tidak dengan cara murahan seperti itu!" pekik Harry, Ia memukul stir mobilnya dan Aku mencengkram erat sabuk pengaman, sangat terkejut akan teriakan tiba-tiba miliknya. Secara tidak langsung, Ia mengakui jika Ralph memanglah ayah kandungnya. "Bisakah Kau sekali saja mengerti tentang status mu disini? Kau seharusnya sejak dulu sadar jika Kau tidak pantas dan tidak berhak memasuki ranah pribadi---"

Aku menoleh padanya dengan tatapan tajam, Ia selalu saja membawa-bawa status ku jika kami sedang bertengkar seperti ini. Aku tau Aku budaknya. Aku tau Ia majikanku. Aku tau Ia telah menebus ku, hidup dan matiku ada di telapak tangannya. Tapi bisakah Ia melihatku jika Aku ini adalah manusia? "Kau selalu saja berkata seperti itu! Tidak adakah alasan lain yang keluar dari bibir mu selain Aku adalah budak mu?!" tanyaku, kali ini Aku tidak berhasil menahan emosiku.

"Ini bukan masalah jika Kau adalah tebusan ku atau apapun, sebagai manusia normal saja seharusnya Kau sadar jika sangat tidak sopan untuk memasuki ranah pribadi milik orang lain. Ranah pribadi ku! Aku benar-benar tidak akan menoleransi kelakuan mu yang tadi, Paola!" teriaknya, Ia melepaskan kaca matanya dengan kasar dan membanting nya asal, kali ini Ia menoleh padaku dengan tatapan tajamnya. Aku terdiam saat melihat matanya membengkak dan memerah, apakah Ia baru saja menangis?

"Ranah pribadi mu bersangkutan dengan ranah pribadi ku, Harry. Ayahmu dan ayahku sudah kenal sejak lama, ayahmu mengenalku sejak Aku kecil, lalu Eva, lalu Arthur. Ibuku, apakah mereka mengetahui ibuku?" tanyaku, suara ku tercekat saat Aku mengingat Ibuku, apakah orang-orang tua itu menyembunyikan tentang ibuku? Oh, apakah Ralph juga terlibat dengan pembunuhan ibuku? Lalu, bagaimana dengan Ibu Harry? Eva tentu saja bukan Ibu kandung pria ini.

"Dengar. Kali ini saja dengar aku. Ayahmu membunuh ibumu saat Ia masih mengandung mu, lalu kau lahir, kau dibesarkan oleh nenek mu hingga ayahmu keluar dari penjara. Itu yang Aku ketahui. Kau dengar? Hanya itu yang berhak kau ketahui, itu masalah keluarga mu dan Kau sudah mengetahuinya," ujar Harry, Ia mencengkram stir dengan sangat erat hingga uratnya kelihatan, Ia tampak sangat emosi, wajahnya hingga lehernya memerah. "Selain itu, tolong jangan campuri urusan keluarga ku dan latar belakangku. Ingat dirimu di kehidupanku dan ingat tugasmu, cukup itu saja. Aku tidak akan marah jika Kau melakukan apa yang ada didalam perjanjian yang dulu pernah kita tandatangani, disana berisi jika Kau sama sekali tidak pantas dan tidak berhak mencampuri urusanku barang setitik saja," ujar Harry dan Aku terdiam, perlahan air mataku jatuh akibat perkataannya yang benar-benar menusuk. Ia benar.

Amour [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang