[106] Tight-knit

856 86 33
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😚😗😘😙

Author's POV

Keegoisan, kekerasan hati, serta kekejaman masa lalu terlalu memenuhi isi hati mereka dulu nya. Bayangan-bayangan buruk, trauma masa lalu, ketidak percayaan akan adanya cinta, serta benteng yang terlalu kuat terkadang menyebabkan manusia tidak menyadari ada bunga-bunga yang bermekaran disela-sela kekerasan hati tersebut.

Pada akhirnya, hanya ada satu pemenang dari perlombaan tersebut. Keegoisan dan rasa mengelak, atau justru kesadaran dan rasa sayang yang perlahan tumbuh. Hingga mereka sadar, sebenarnya tidak menyangka jika rasa cinta dapat mengalahkan kekejaman hati yang tumbuh sejak bertahun-tahun lalu.

Benteng pertahanan itu runtuh dan mengakui kekalahannya, jika ada suatu hal magis yang berhasil. Sesuatu yang dulu rasanya sangat menggelikan dan sangat tidak mungkin, dapat mengalahkan pertahanan dan pendirian yang sudah di bangun sejak lama akibat trauma-trauma masa lalu.

Harry bukan pria yang mempercayai adanya cinta, namun Ia percaya akan rasa kasih sayang. Ia selalu menanamkan itu sejak dulu, namun nyatanya seorang wanita yang awalnya hanya bertugas untuk memuaskan nafsu nya, merambat melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak Ia lakukan, yaitu memberikan rasa cinta dan sayang pada pria tersebut, hingga besi yang ada pada benteng pertahanan milik Harry lama kelamaan menjadi lapuk dan membuatnya percaya akan adanya cinta, perasaan sentimental yang merujuk pada kasih sayang dengan tulus tanpa syarat dan menggiring mereka ke momen sakral ini.

Harry terkekeh didalam hatinya, Ia baru saja menjilat ludah nya sendiri. Berlari meninggalkan wanita tersebut dengan dalih sudah terlalu lelah dan tidak ingin terusik privasinya, namun tergopoh-gopoh untuk kembali pada wanita yang sama. Menyadari rasa cinta yang seharusnya sudah bisa Ia sadari dan Ia rasakan sejak bertahun-tahun yang lalu, Ia hanya terlalu kebas oleh perasaan yang dulu menurutnya sangat menggelikan, dan Harry tau, Ia sudah menambatkan hatinya pada seorang wanita ini.

Paola Amourette Castello, satu-satunya wanita yang Ia percayai serta wanita yang Ia ceritakan seluruh kisah tentang masa lalunya tanpa tersisa sedikitpun. Mungkin Harry memiliki banyak teman kencan, namun yang berhasil merubuhkan pertahanannya hanyalah Paola. Kesabaran Paola membuahkan hasil, pada awalnya Ia memang sangat pesimis untuk Harry mengalami kemajuan agar Ia bisa lebih baik lagi. Namun siapa sangka, pria itu datang dengan sendirinya dan meminta maaf, dua kata yang tidak pernah Paola kira akan keluar dari bibir pria arogan tersebut.

Harry mendekat pada Paola yang masih dibalut gaun pernikahan miliknya, Paola masih tampak mengobrol dengan sepupu-sepupu perempuan Harry, tampak sangat seru hingga Harry sendiri penasaran apa yang sedang mereka bicarakan, tidak menyangka Paola akan sangat dekat dengan para sepupunya, padahal mereka baru mengenal selama enam bulan lamanya. "Baiklah, Paola. Aku akan menagih janji mu untuk menemani ku berbelanja di toko lokal Italia di musim panas nanti!" ujar Brey, adik sepupu perempuan Harry dari pihak Arthur.

Paola tertawa, "Baiklah!" ujarnya, Ia menoleh ke samping dan menemukan suaminya berdiri dengan senyuman tipisnya. "Hei."

Harry merangkul pundak Paola, melirik kearah jam yang bertengger di ruangan resepsi mereka lalu berdehem, "Sudah malam, waktunya kalian masuk ke kamar masing-masing," ujar Harry, menyebabkan adik-adik sepupu perempuan Harry mendengus dan menjulurkan lidah mereka sebal pada Harry. "Ayo cepat, kalian yang ingin Aku memesan kamar hotel tersebut, sekarang kalian harus menikmati nya," ujar Harry, menunduk menatap adik-adik sepupunya yang berusia remaja.

"Aku mau tidur bersama kalian," ujar Thea, sepupu Harry yang berusia lima belas tahun, Ia memeluk Paola dan Harry memutar kedua bola matanya sambil terkekeh melihat kelakuan adik-adik sepupunya ini.

Amour [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang