[45] Unspoken Feeling

704 108 99
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca yaaa 😘😗😙😚

Author's POV

Paola menggigit bibir bawahnya dengan gugup, melirik kearah Harry yang tampak tidak peduli dengan tatapan datarnya. Ayahnya baru saja bertanya tentang tanda kemerahan di lehernya dan Harry selaku pembuat tanda merah ini bersikap biasa saja seolah Ia tidak tau menau tentang hal tersebut!

Paola hampir saja mengeluarkan asap dari hidungnya jika saja Ia tidak sedang dihadapan Ayahnya. "U-uhm, i-ini a-adalah---"

"Itu kissmark bekasku semalam," ujar Harry dengan nada datar, sama seperti ekspresinya yang menatap kearah Ayah Paola dengan tatapan yang benar-benar tidak dapat dibaca akibat terlalu datar, bahkan mungkin Psikolog pun tidak dapat membaca ekspresinya saat ini.

Paola membutuhkan waktu sepersekian detik untuk mencerna ucapan Harry, Ia terdiam beberapa saat sebelum dengan terburu-buru menatap wajah Ayahnya. Wajahnya memerah malu dan marah, ingin rasanya Ia mengamuk pada Harry sekarang namun Ia lebih memilih menampilkan ekspresi bersalah miliknya pada Ayahnya. "Dad..." lirih Paola.

Ayah Paola menatap Harry dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, ada tatapan terkejut, bertanya-tanya, bingung, marah, kesal, namun sayangnya pria berusia setengah abad lebih itu tidak bisa berbuat apapun. "Apa itu benar, Paola?" tanya Ayah Paola, berusaha tenang dan menatap anak perempuan satu-satunya.

Paola dengan ragu-ragu mengangguk, "I-iya, benar," lirih Paola, tangannya terjulur untuk menggenggam tangan yang mulai keriput milik sang Ayah.

"Hubungan apa yang kalian miliki?" tanya Ayah Paola, kali ini dengan lebih serius, menatap Harry dan Paola secara bergantian.

Paola segera menegakkan tubuhnya, Ia tau jika Ia membiarkan Harry menjawab, maka pria itu akan sangat jujur pada Ayahnya, maka sebelum Harry mengeluarkan suaranya, Paola terlebih dahulu menjawabnya. "Kami teman," ujar Paola.

Harry menaikkan sebelah alisnya pada Paola, menoleh pada wanita tersebut lalu ingin membuka mulutnya. Tak lama Ia mendesis kecil ketika merasakan perut kotak-kotaknya yang keras dicubit dengan cubitan sungguh kecil oleh Paola. "Kami teman, Dad! Teman," ujar Paola dan Ia bisa mendengar helaan napas milik Ayahnya lalu Ayahnya mengangguk.

Paola menunduk dalam, Ia benar-benar merasa sangat berdosa akan apa yang Ia perbuat pada Ayahnya. Melihat ekspresi Ayahnya yang tampak kecewa dan sedih seperti itu membuat Paola merasa sangat bersalah. Ia benar-benar mengutuk Harry atas apa yang dikatakan olehnya walaupun itu adalah jawaban yang benar.

Ayah Paola menoleh pada Harry yang masih bertahan dengan tatapan datarnya, hingga Paola bertanya-tanya apakah pria itu tidak pegal jika terus berekspresi seperti itu? Paola menghela napas, tentu saja jawabannya tidak karena Harry sudah terbiasa dengan raut wajah datar tak terbaca seperti itu.

"Aku tau Kau adalah pria yang benar-benar jantan, berpendidikan dan juga bertanggung jawab. Kau tidak perlu membuktikan apapun untuk hal itu, namun untuk kali ini, Aku ingin Kau membuktikan jika Kau adalah pria dewasa yang tau dan sadar akan tanggung jawabmu," ujar Ayah Paola, kali ini jauh lebih serius. Harry menatapnya dengan pandangan lurus tepat di mata Ayah Paola.

"Tentu, Aku bukan pria yang lepas tanggung jawab dan membiarkan wanitanya luntang-lantung entah dimana. Aku adalah pria yang tidak akan membiarkan tanggung jawabku lepas dan pergi entah kemana seperti bocah remaja," ujar Harry dengan rendah dan penuh kebencian, seketika Ayah Paola mematahkan pandangannya dari Harry yang sudah bertahan sejak beberapa menit. Ia kalah, Ia tau kebencian pria muda dan kaya dihadapannya ini benar-benar sudah sangat membabi buta.

Ayah Paola menghela napas gusar, lantas mengangguk kecil. "Aku percaya padamu, Aku yakin kau bukan bajingan yang akan meninggalkan Paola jika ada suatu hal yang terjadi padanya," ujar Ayah Paola dan Paola hanya bisa menunduk mendengarnya.

Amour [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang