Al mengusak rambutnya frustasi. Ia sudah menelfon Ririn hampir 50 kali tetapi gadis itu belum juga mengaktifkan nomornya.
Ia sudah mencari ke rumahnya, tetapi tidak ada orang. Bahkan Gema pun tidak tau dimana Ririn.
Al menelfon Yoshi, dan yang lelaki itu dapatkan bukanlah informasi dimana Ririn berada, tetapi ribuan umpatan yang membuat Al semakin stress sekarang.
"Please, Rin... Jawab..." Al menggigiti kuku tangannya.
"Rin, please—"
Ucapan Al berhenti ketika telfon tiba-tiba tersambung
"Thank God... Babe? Kamu dimana?"
"I'm not Babe."
"Rin... Kamu jangan gini dong—"
"Jangan gini? Maksudnya apa ya? Ohh... Aku ga boleh marah? Aku harus terima aja gitu walaupun pacar aku lebih percaya sama orang lain? Gitu?"
"Tapi penjelasan kamu tadi ga masuk akal buat aku, Rin..."
"Wow... Masih aja belain dia ya kak? Ga sadar apa sekarang kita udah di ujung tanduk?"
"Okay... I'm sorry..."
Ada jeda sebelum Ririn menjawab "I think we should stop. Aku capek banget sama hubungan kita..."
"Babe... Kamu dimana? Kita ketemu ya? Aku mau ngomong sama kamu..."
"Aku yang ga mau ngomong sama Kak Al. Mulai sekarang ga usah peduliin aku lagi deh kak. Kak Al udah ga perlu jemput aku, ga perlu anterin aku kemana-mana, ga perlu ngechat setiap hari, ga perlu nelfon. Atau dengan kata lain... Semuanya udah selesai. Silahkan jadian sama Arin, silahkan deket sama siapapun, buka blokiran semua cewek-cewek hitz di handphone Kak Al. Aku udah gak ngurus."
"Engga. Aku ga mau."
Terdengar Ririn terisak di sebrang sana "Hubungan kita udah toxic banget kak... we have to stop before we hurt each other more than this"
"... But we've been hurt."
"I know. That's why I need you to stop. Dan maaf kalau setelah ini aku bakal benci sama Kak Al... Karena itu cara aku biar cepet move on."
Al menggeleng "Kita harus ketemu."
"We will. But as strangers."
"Engga. Aku ga mau. Aku ga mau putus." Al terus menggeleng.
"Kak Al tetep mau maksa aku ngelanjutin hubungan ini meskipun aku udah muak? Yakin Kak Al beneran sayang sama aku kalo gini ceritanya?"
Pertanyaan Ririn membuat Al bungkam.
Ia seperti ditampar fakta dan mendorongnya ke samudra terdalam.
"If you love me, you won't force me to always be by your side." Ucap Ririn lagi.
"Jadi kalau aku sayang sama kamu... Aku harus mau putus sama kamu?"
Ririn tidak menjawab.
"Kalau gitu aku ga ada pilihan lain..." Al tertunduk.
"Ok. Aku anggap masalah kita selesai."
"... Iya"
"Bye"
Tut... Tut... Tut...
Seperti ada yang hilang ketika Ririn mematikan telfonnya barusan. Seolah setelah ini... Al tidak bisa menghubungi gadis itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Home [END]
Fanfiction[Ineffable Universe Phase 2] "it's gonna be a hell of trouble..." "But trouble never been this fun" ------------------------------------------------------------ Permasalahan yang menimpa 5 sekawan belum juga berakhir. Walaupun ada yang bilang mereka...