Tiga minggu.
Kini genap tiga minggu Darren tidak mendengar kabar apapun dari Dara. Kini ia makin yakin bahwa Marco pasti menyembunyikan kekasihnya itu di suatu tempat.
Tapi dimana?
Darren sudah berusaha mencari, tapi tidak ada hasilnya.
"Pa... ini hampir dua bulan semenjak papa koma, dan udah tiga minggu Dara ga tau ada di mana" ucap Darren pelan namun sarat akan kesedihan "Papa pernah bilang kalau kehadiran Manggala di dunia ini punya alasan sendiri kan? Tapi aku bahkan ga tau apa alasannya sampai detik ini..."
Darren menggenggam tangan Revan lalu menangis diam-diam "Darren butuh papa... Mama butuh papa... Semua orang butuh papa..."
Setelahnya tidak ada kata apapun yang terlontar. Hanya ada suara tangisan di sana.
Siapapun yang mendengarnya tentu bisa merasakan betapa hancurnya hati Darren kala itu. Revan adalah sosok yang selalu menjadi tujuannya. Jika ia bisa menyebutkan cita-cita yang ingin ia gapai di masa depan, ia pasti menyebutkan bahwa ia ingin menjadi seperti ayahnya.
Ia ingin menjadi seperti ayahnya yang jenius, ia ingin menjadi seperti ayahnya yang tidak takut apapun, ia ingin menjadi ayahnya yang selalu bisa mengambil keputusan paling bijaksana kapanpun.
Ia ingin menjadi seperti Revan.
Ting!
Di tengah tangisannya, Darren melirik ke arah ponselnya.
Gema 😈
Ren, Dara udah ketemu.
Lo ke ruang VIP sekarang.Darren menghapus airmatanya untuk melihat pesan dari Gema lebih jelas. Setelah memastikannya ia segera keluar dari ruangan ayahnya dan berlari ke ruang VIP.
Nafas Darren ngos-ngosan saat sampai di depan pintu.
Cklek
Begitu Darren membuka pintunya, Dara terlihat diinfus namun ia sedang mengobrol bersama tiga temannya. Terlihat cukup sehat dari yang bisa Darren bayangkan.
"Thank God..." Darren memejamkan matanya dengan kaki yang lemas.
Darren segera menghampiri Dara dan langsung memeluknya erat.
"Are you okay..." Tanya Darren lirih.
Dara melepaskan pelukannya, kemudian menatap Darren bingung. Ia menoleh ke teman-temannya yang lain "... Ini siapa?" Bisiknya.
Gema, Nana dan Al kompak terkejut mendengar pertanyaan Dara.
"Dar... Ini gue! Darren! Pacar lo!" Darren memegang dua bahu Dara.
Dara mengerutkan dahinya "... Pacar gue? Bukannya gue cuma pernah pacaran sama lo ya, Na?"
"Jangan bercanda dong, Dar... Gue tau lo marah sama gue... Tapi jangan gini..." Ucap Darren yang berusaha menutupi kepanikan dalam dirinya.
"Ng... Maaf banget sebelumnya... Tapi gue beneran ga tau lo siapa..." Dara merasa tidak enak dengan lelaki di depannya ini.
Darren tidak kehilangan akal, ia menunjukkan foto-fotonya bersama Dara "Nih, liat... Gue sama lo emang pacaran."
Dara menoleh ke arah teman-temannya, meminta bantuan.
"Darren bener, Dar. Kalian pacaran. Lo serius ga inget?" Tanya Al.
Oke. Kalau Al yang sudah berbicara, berarti ini semua benar.
"... Engga" Dara menggeleng.
Darren benar-benar tidak tau harus bagaimana. Apa jangan-jangan semua yang diceritakan Budhe Alda kala itu benar adanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Home [END]
Fanfiction[Ineffable Universe Phase 2] "it's gonna be a hell of trouble..." "But trouble never been this fun" ------------------------------------------------------------ Permasalahan yang menimpa 5 sekawan belum juga berakhir. Walaupun ada yang bilang mereka...