Ririn menatap lobby gedung perkantoran yang mewah itu dengan gugup. Kemudian ia menghampiri resepsionis.
"Siang mbak, saya mau bertemu dengan Pak Arga. Bisa?"
Resepsionis itu nampak ramah, kemudian bertanya "Atas nama siapa?"
"Oh... Saya Rintik..."
Raut wajahnya sempat berubah sejenak "Ah, mbak Rintik... Silahkan ikut saya mbak"
Setelahnya Ririn benar-benar mengekor kemana resepsionis itu pergi. Mereka masuk ke lift, tapi bukannya menekan tombol paling atas selayaknya ruangan CEO pada umumnya, wanita itu justru menekan tombol paling bawah.
Mereka menuju ruang bawah tanah.
"Ruangannya Mas Arga ada di bawah?" Tanya Ririn pelan.
Wanita itu tersenyum "Ada di atas, tapi sekarang beliau sedang di ruangannya yang lain"
"..." Ririn kebingungan, tapi ia mencoba untuk tenang.
Ting!
Pintu lift terbuka, Ririn keluar dari dalam lift dan menatap dinding lorong yang semuanya berwarna hitam dan lampunya cukup redup.
Ini ruangan macam apa?
"Pak Arga ada di dalam sana" Wanita itu menunjuk salah satu ruangan dengan logo kupu-kupu di kenopnya.
"Y-ya... Terimakasih" Ririn tersenyum gugup, kemudian setelah resepsionis itu pergi, Ririn mulai mengetuk pintunya.
Tok Tok Tok
Tidak ada jawaban
Tok Tok Tok
Hanya ada suara nafasnya di sana.
Ini apa-apaan sebenarnya??
Tok Tok—
Cklek!
Netra Ririn langsung berhadapan dengan Arga yang tidak terlihat seperti Arga. Wajahnya dingin, tak ada kehangatan sama sekali di sana.
Ia hanya mengenakan kemeja putih tanpa jas, dua kancing teratasnya di biarkan terbuka. Lengan bajunya tergulung sampai siku. Dan di tangan kirinya... Ada segelas wine dengan warna yang pekat.
Aura yang dipancarkan sosok ini sangat berbeda dengan Arga yang biasa ia lihat.
"M-mas Arga..."
"Kamu ngapain ke sini?" Tanya Arga tanpa ekspresi.
"A-aku... Aku mau minta maaf..." Ririn benar-benar tidak berani menatap mata Arga.
Lelaki itu mengangkat satu alisnya, kemudian meminggirkan tubuh agar Ririn bisa lewat "Masuk"
Walau takut, Ririn tetap masuk ke dalam ruangan itu. Ruangan ini tak kalah mencekam dari lorong tadi. Ada kepala rusa yang terpajang di dinding, kemudian ada pula tulisan-tulisan dengan bahasa yang tidak Ririn ketahui.
Tapi netra Ririn bergetar ketika melihat satu buah kepala tengkorak yang dimasukkan ke dalam kotak kaca, dan di sana ada tulisan—
Pip! Pip!
Ririn menoleh ke arah pintu, ternyata Arga mengunci pintunya.
"Duduk" titahnya.
Ririn langsung duduk dengan gugup "Mas... Itu..." pandangan Ririn tidak bisa terlepas dari tengkorak itu.
Arga menoleh ke arah kotak tersebut, kemudian duduk dengan tenang di hadapan Ririn "Kenapa? Namanya bagus kan? Btari."
Ririn meneguk ludahnya dengan susah payah "Namanya... Btari... B-btari Manggala?'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Home [END]
Fiksi Penggemar[Ineffable Universe Phase 2] "it's gonna be a hell of trouble..." "But trouble never been this fun" ------------------------------------------------------------ Permasalahan yang menimpa 5 sekawan belum juga berakhir. Walaupun ada yang bilang mereka...