Selama bertahun-tahun Nana berpacaran dengan Gia, tidak pernah sekalipun gadis itu marah padanya. Kalaupun ia marah, bukan marah yang membentak-bentak atau menaikan oktaf suara seperti orang marah pada umumnya.
Tetapi lebih ke arah raut wajah yang sedih atau nada yang terdengar seperti lelah.
Dan Nana kebalikannya.
Ia mudah sekali marah akan hal-hal kecil, bagi teman-temannya itu sudah biasa, tapi bagi Gia, kemarahan Nana itu benar-benar tidak bisa dianggap biasa.
Contohnya seperti sekarang
Nana dan Gia belum bergerak sama sekali dari tempat duduk mereka yang berhadapan. Seolah mereka tengah berada di persidangan dan harus dituntaskan.
"Engga, emang sesusah itu ya kamu minta aku jemput?" Tanya Nana dengan nada tak percaya.
"Aku takut Kak Nana sibuk... Katanya beberapa hari ini ada masalah di pembangunan cabang yayasan yang baru kan? Aku ga mau ganggu... Selama aku bisa pulang sendiri—"
"Kamu ga pulang sendiri."
"I-iya... Tapi Kiky kan cuma mahasiswa—"
"Namanya Rizky kan? Kenapa kamu panggil dia Kiky? Panggilan kesayangan?" Tanya Nana lagi dengan nada kesal yang ketara.
"Semua orang manggil dia Kiky, kak... Kak Nana boleh tanya mahasiswa-mahasiswa aku yang lain kalau ga percaya..." Gia benar-benar sudah lelah menjelaskan.
Masalahnya Nana ini cemburu pada salah satu mahasiswanya sendiri! Kalau Gia harus selingkuh, dia juga pilih-pilih kali?
Lagian Gia itu ga suka berondong selain Jisung NCT!
"Kamu tuh dosen baru, Gi. Kamu lulus lebih cepet. Umur kamu sama mahasiswa yang lagi kamu ajar itu ga terlalu jauh. Mereka bisa aja suka sama kamu!" Cerca Nana.
"Ya tapi aku ga mungkin suka sama mereka, kak..."
"Kenapa ga mungkin?" Tanya Nana dengan alis terangkat.
Pertanyaan Nana itu sukses membuat Gia sakit hati "... Kak? Serius masih nanya? Ya karena aku punya Kak Nana lah! Apalagi???"
Gia kemudian tertunduk sejenak "Kak Nana pulang aja deh... Aku capek banget... Mau istirahat"
Setelahnya Gia naik ke lantai atas dan meninggalkan Nana di sana yang kini pikirannya berkecamuk.
Feeling Nana itu selalu akurat. Ia sudah pernah menerka 5 orang yang menyukai Gia dan lima-limanya benar. Makanya ia hanya mau menghindari kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan nantinya.
Nana menarik nafas, kemudian menyusul Gia ke lantai atas. Berhubung Gema udah ga tinggal di sini, kesempatan Nana bakal ditendang ke Mesir lebih kecil.
Tok Tok Tok
"Gi... Kamu mau ngomong sama aku ga? Sebentar aja..." Ucap Nana.
Gia membuka sedikit pintunya dan mengintip dari sana "Masih mau marah-marahin aku?"
Nana menggeleng "Engga..."
Akhirnya Gia membukakan pintu seluruhnya "Mau ngomong apa...?"
Nana langsung menggenggam tangan Gia dan menaruhnya di pipi "Maafin aku ya?"
"Kak Nana bisa ga sih jangan terlalu emosian?? Aku takut aku ga bisa ngendaliin emosi Kak Nana sewaktu-waktu... Jangan sampe kita berantem gede cuma karena hal sepele kayak gini kak..." Ucap Gia yang memang selalu bisa memberitahu apa saja yang harus Nana lakukan untuk memperbaiki diri. Walau tak jarang, ia tetap mengabaikannya.
"... Iya" Nana mengangguk.
"Aku selama ini ngasih kebebasan buat Kak Nana pergi kemanapun dan sama siapapun. Aku ga pernah ngelarang selama Kak Nana izin yang jujur... Dan aku berharap Kak Nana juga bisa percaya sama aku. Kalaupun aku pulang bareng Kiky, bukan berarti aku bakal selingkuh sama dia..." Ucap Gia sambil menatap Nana lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Home [END]
Fanfiction[Ineffable Universe Phase 2] "it's gonna be a hell of trouble..." "But trouble never been this fun" ------------------------------------------------------------ Permasalahan yang menimpa 5 sekawan belum juga berakhir. Walaupun ada yang bilang mereka...